Kilas CXXIII: "Sebuah Sentuhan"

327 37 13
                                    

Di sepanjang hidupnya kali ini.

Haechan merasa dirinya begitu rajin dan kukuh untuk berlajar, agar dirinya mampu memiliki pengendalian emosi dan sikap yang sempurna di segala situasi.

Seperti "dia".

Yangmana Haechan pikir ia telah mampu menguasai semua itu selama ini. Sebelum pada titik tertentu ia sangat sadar bahwa dirinya pun masihlah manusia biasa. Sehingga hal tak terduga seperti bisikan bernada bariton rendah dari Mark di sekitar tengkuknya beberapa detik lalu, sungguh berhasil membuat tubuhnya meremang dalam bara panas rangsangan tak terbantahkan.

Sial.

Jangan lupakan detak jantung Haechan saat ini yang semakin gagal ia kendalikan. Ketika merasakan jemari Mark di pinggannya mulai bergerilya secara perlahan, untuk menyelinap ke dalam celah piyamanya yang sedikit longgar.

"Ma-Mark..."

Dengan demikian, tubuhnya yang kini menggigil pelan karena mulai terangsang oleh sentuhan menggoda dari Mark. Lantas membuatnya mencicitkan nama Mark dengan terbata diiringi kelopak matanya yang terpejam erat-erat.

"Hm...?"

Begitulah balasan ringan dari Mark dalam dehamannya yang menggema rendah di sekitar bagian belakang telinga Haechan yang sangat sensitif. Sehingga berhasil membuat Haechan merutuk sepenuhnya dalam hati seketika. Disebabkan oleh tubuhnya yang mulai terbakar gelora akan sentuhan Mark yang... mulai "berbahaya".

"Mnn..."

Sekuat tenaga Haechan berusaha menahan gejolak gairah yang perlahan membombandir tubuhnya, dengan memejamkan matanya semakin rapat diringi belahan bibir bawahnya yang ia gigit ringan. Demi menahan lenguhan lancang yang dapat menjadi bukti, bila seluruh inci tubuhnya benar-benar merespon sentuhan dari Mark dengan baik.

Karenanya, Haechan semakin meremat pundak lebar Mark lebih kuat dari sebelumnya. Berharap dengan itu, ia memiliki "pegangan" kokoh yang mampu membuatnya tidak berperilaku memalukan semacam mendesah-desah tidak tahu diri, ketika sentuhan Mark di sekujur tubuhnya akan semakin meliar dan intens nantinya.

"...."

Setidaknya itulah yang benar-benar telah dilakukan oleh Haechan saat ini.

Andaikata pada puluhan detik berikutnya Haechan tidak merasakan sebuah kejanggalan, berupa sentuhan Mark yang tak lagi terasa bergerak penuh godaan di sekujur tubuhnya.

"..."

Dan itu bukanlah jeda semata.

Karena di detik-detik berikutnya pun, Haechan masih tak merasakan apapun.

"..."

Maka dari itu.

Di tengah rasa kebingungan yang mendera benaknya, Haechan memberanikan diri untuk membuka kedua kelopak matanya.

"..."

"..."

"..."

"..."

Lagi-lagi.

Memang keheninganlah yang menghiasi tatapan keduanya saat kembali bertemu seperti sekarang.

Namun semua itu tidak berlangsung lama. Bertepatan dengan Haechan yang segera menyadari bila tatapan Mark kepadanya itu amatlah berbinar penuh kegemasan, diiringi bibirnya yang turut menyunggingkan sebuah senyuman geli yang begitu manis.

"..."

Demi... Dewi apapun yang disembah para Lemurian.

Sepertinya kini Haechan sangat paham situasi macam apa yang sedang ia hadapi ini.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang