Kilas XXXVIII: "Sebuah Praduga"

283 46 22
                                    

"Apa ini yang kau sebut dengan memantau?"

Sembari bertopang dagu di kusen jendela yang ada tepat di sisi kirinya, berbekal manik hazelnya yang memandang datar pada pemandangan yang tersuguhkan oleh semesta, di sepanjang perjalanan yang ia lalui dengan kereta kuda berukir elegan, lengkap dengan selusin pengawal yang menjagainya.

Haechan lantas menghela napas sangat berat. Sebelum memutuskan untuk mengalihkan pandangannya pada Jeno, yang kini sedang terduduk di sebuah sofa berludru berwarna putih tepat di hadapannya. Berbekal kedua tangan yang saling tersilang di depan dada, maupun ekspresi penuh dengan sirat menuntut penjelasan yang begitu kentara terlukis di wajahnya.

"Apa kau pikir ini semua yang aku inginkan, saat berkata pada Ayahanda kalau aku ingin 'berpergian ke kerajaan lain karena bosan'?" balas Haechan tak kalah satir.

Jeno sendiri sempat tertawa kecil sebelum akhirnya membalas.

"Apa yang kau harapkan saat Ayahanda mendengar kalau putra kesayangannya akan berpergian, kan?" ungkap Jeno di tengah tawanya. "Tentu saja pengawalan ketat sudah masuk dalam perhitungan," lanjutnya diakhiri senyum mengejek. "Kau bahkan turut menyeretku pada aksi bucinmu kali ini."

"Berisik."

Selain berseru penuh tahanan emosi pada Jeno yang justru kembali tertawa dengan begitu puasnya itu. Haechan hanya bisa mendengus untuk kesekian kalinya hari ini. Saking kesalnya ia jika teringat lagi akan segala detail yang membuat dirinya dan "anak anjing" di hadapannya ini, terjebak pada situasi perjalanan yang sangat jauh dari ekspekstasinya semula.

Sungguh.

Di bayangan Haechan kala itu. Tepatnya saat ia memanfaatkan celah kesempatan yang ada, untuk mengatakan pada Johnny tentang keinginannya bepergian ke kerajaan lain demi melepas penat.

Haechan sumpah sudah merencanakan bila dirinya akan bepergian berdua saja dengan Jeno menggunakan Vimana pribadinya. Hingga mereka berdua mampu membuntuti pergerakan Mark beserta rombongan pada suatu siang di hari Senin yang terik, dengan harapan mampu memantau mereka secara diam-diam di balik gerumulan awan yang menghiasi langit biru nan luas di atas sana.

Harusnya seperti itu.

Seperti itu.

Jika saja Haechan tidak melupakan. Bila di balik sikap overprotektif Johnny pada dirinya, masih ada Sang Putra Mahkota alias Hendery El Allerick, yang tak kalah over, over, overprotektifnya dari Sang Ayahanda.

Iya.

Hendery El Allerick.

Kakak pertamanya.

Sekaligus dalang di balik alasan mengapa Haechan beserta Jeno jadi terjebak pada iring-iringan ketat nan heboh seperti saat ini. Berkat ide terlampau "jenius" yang diutarakan Sang Kakak Pertama, usai mendapat kabar dari Johnny bila dirinya akan "berlibur" ke Kerajaan Sumer.

Iya.

Kereta kuda megah ini.

Maupun para pengawal yang menjagai mereka berdua di sekeliling.

Adalah buah dari kombinasi pemikiran terlampau "jenius" dari Hendery yang malah mendapat "restu" dari Johnny, untuk memberikan pengalaman begitu spesial pada "liburan" pertamanya kali ini, dengan menyediakan servis kelas elit bak melayani seorang putri kerajaan di negeri dongeng.

Uhm, yah.

Meski memang pada realitanya, Haechan berbonus Jeno memang anggota kerajaan.

Seorang pangeran pula.

Tapi kan.

Tapi.

Ugh.

Semua ini benar-benar sangat berlebihan.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang