Kilas XXXII: "Sebuah Protes"

278 44 20
                                    

"Ugh, i-itu..."

"Itu apa?"

"..."

"..."

"..."

"..."

"Hyu-Hyuckie..."

"Iya?"

"U-Uh, itu..."

"..."

"Uhm..."

"..."

"Minggu depan—ah, tidak, ma-maksudku..."

"Apa sih Mark?!"

"U-Uh..."

"Mark—"

"Ka-Kau masih ingat kan, ka-kalau aku sempat dipanggil Yang Mulia Raja untuk me-menghadap?"

"Iya, tentu saja. Kenapa dengan itu?"

"Uhm..."

"..."

"Ya-Yang Mulia Raja... memberiku tugas."

"Tugas?"

"I-Iya. Tugas yang sangat penting."

"Oh, lalu?"

"Se-Sepertinya..."

"..."

"Se-Sepertinya Sabtu minggu depan... a-aku tidak bisa menemuimu... karena harus me-melaksanakan tugas itu."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Begitu?"

"I-Iya."

"Ada hal lain yang ingin kau katakan lagi?"

"Ti-Tidak."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Astaga, Mark El Nerrooooo!"

Pada akhirnya, setelah Haechan begitu sabar menahan diri untuk tidak menceburkan Mark yang mendadak jadi gagap itu ke dalam danau, akibat rasa penasaran yang lebih mendominasi perasaannya pada apapun hal yang ingin dikatakan oleh sahabatnya tersebut. Kali ini Haechan sampai menepuk jidatnya sendiri begitu keras, saking tidak menyangkanya ia bila Mark hanya akan mengatakan hal semacam itu padanya.

"Aku kira terjadi suatu hal yang genting sampai kau bereaksi seolah-olah dunia akan kiamat seperti itu!" ucap Haechan tidak habis pikir. "Ternyata hanya gara-gara kau tidak bisa menemuiku Sabtu depan?!"

"'Hanya'? Apa maksudmu dengan 'hanya'?"

Baru saja Mark nyaris merasakan bebannya menghilang setengah, lantaran pada akhirnya ia berhasil mengatakan hal yang sebenarnya tidak ingin ia katakan pada Haechan. Kegagapan yang sempat membayangi Mark lantas berubah jadi kelugasan, disertai ekspresi wajahnya yang berganti menjadi kesal seketika.

Tentu saja.

Kenapa tanggapan Haechan terkesan biasa-biasa saja, saat Mark mengatakan bila mereka tidak bisa bertemu Sabtu minggu depan, kan?

Padahal Mark sudah takut sekali bila kabar itu akan membuat Haechan merasa sedih. Sebab, itulah yang sempat Mark rasakan sepulang dirinya dari pertemuan di Istana Lemuria beberapa hari lalu.

Atau jangan bilang, memang hanya Mark saja yang merasa sangat sedih?

Ugh.

"Kita tidak bisa bertemu Sabtu minggu depan, dan kau menganggap semua itu 'hanya'?!" ucap Mark lagi tanpa mampu menyembunyikan kekesalannya.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang