Kilas LX: "Sebuah Pemikiran"

289 34 2
                                    

Sebenarnya Mark terlampau sadar, bila perubahan secara signifikan sedang menggerogoti tingkah  laku dan seluruh detail pergerakan tubuhnya.

Sungguh.

Segalanya tak terhindarkan.

Termasuk kegugupan yang terasa semakin memuncak di benak Mark. Ketika inderanya menjadi sangat sensitif dalam merasakan, betapa nyamannya hangat tubuh Haechan, yang bisa-bisanya ia rasakan hanya dari genggaman tangan mereka yang semakin tertaut erat.

Semesta...

Padahal Mark sempat berpikir; tepatnya sebelum ia benar-benar bertemu Haechan di Festival. Penyamaran yang pastinya akan dilakukan oleh sang sahabat sebagai Donghyuck tersebut. Sudah cukup mampu menggaransi ketenangan dari debaran jantung Mark agar tak menggila. Lantaran bukan sosok Haechan sebagai Pangeran Haechan lah yang akan menghabiskan sisa waktu malam ini bersamanya.

Iya.

Mark pikir, visual sang sahabat saat menyamar itu mampu memberi dampak berbeda pada reaksi tubuhnya.

Tapi ternyata tidak.

Entah itu Haechan sebagai Donghyuck; Sang Sahabat yang selalu berada di sisinya selama lima tahun penuh.

Maupun di kala Haechan adalah Haechan; Seorang Pangeran yang sempat mencuri ciumannya secara diam-diam dalam tidurnya.

Keduanya sama saja.

Sama-sama membuat Mark sangat berdebar, hingga mulai mempertanyakan kewarasannya sendiri yang sempat menimbulkan sebuah praduga. Berupa dirinya yang benar-benar telah terjatuh sedalam itu pada sang sahabat, hingga pada level tak memandang secara fisik sekalipun.

Sungguh.

Apakah ini merupakan definisi dari mencintai seseorang sampai ke dalam jiwanya?

Cinta?

Iya Mark memang mencintai Haechan sejak lama.

Tapi kala itu Mark berpikir. Cinta yang ia rasakan pada Haechan tersebut, sama halnya seperti rasa cintanya kepada Sang Ayah; Taeyong, pada saudara dan teman seperjuangannya; para Dreamis, maupun pada bagian Bumi dimana ia dilahirkan; Kerajaan Lemuria.

Namun tampaknya pemikiran Mark tersebut mulai terkikis, seiring dengan berjalannya waktu yang melatari kebersamaan mereka berdua di setiap kesempatan. Terlebih setelah merasakan betapa lembutnya belahan bibir Haechan di sudut bibirnya, yang terus saja terngiang-ngiang di benaknya hingga saat ini.

Sungguh sebuah ciuman yang membuat Mark sangat menyadari satu hal. Bila rasa cinta yang Mark miliki pada keluarga, teman seperjuangannya, maupun Kerajaan Lemuria, tidaklah sama dengan cinta yang Mark rasakan pada Haechan.

Sebuah rasa cinta... yang membuat Mark sangat protektif pada Haechan.

Sebuah rasa cinta... yang membuat Mark selalu ingin menghabiskan seluruh waktunya di sisi Haechan.

Sebuah rasa cinta... yang membuat Mark nyaris gila akan segala debaran jantungnya yang tak terkendali kala bersama Haechan...

...merupakan bukti sangat nyata, betapa Mark tak memiliki celah apapun lagi untuk lari dari realita...

...tentang hati, jiwa dan raganya, yang telah berlabuh sepenuhnya pada Haechan.

"Mark?"

Tapi masalahnya... apa Mark memiliki keberanian sebesar itu untuk menyatakan perasaannya pada Haechan?

"Mark? Hei?"

Apa Mark siap menerima kenyataan... bila mungkin saja Haechan tak memiliki rasa cinta yang sama dengan cinta yang ia rasakan?

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang