Kilas CXXIV: "Sebuah Rangsangan"

372 40 12
                                    

Nada bariton rendah milik Mark di telinganya, sungguh memiliki efek yang begitu mematikan bagi jantung Haechan untuk berdebar berkali lipat lebih kencang dari sebelumnya. Terlebih setelah rangkaian kata frontal yang meluncur secara sensual dari Mark itu, ternyata menjadi awal dari bibir Mark yang memberikan kecupan kecil di cuping telinga Haechan. Diiringi keberanian dari jemarinya yang telah berhasil melepaskan seluruh kancing piyama Haechan dari lubang pengaitnya.

Dengan demikian.

Haechan yang merasakan jemari Mark telah menyusup masuk untuk membelai lekukan pinggang rampingnya. Seketika tak mampu mengendalikan kegugupan yang mendera benaknya. Sehingga refleks yang pada akhirnya Haechan ambil adalah segera menahan kecupan Mark yang mulai turun ke tengkuknya, dengan kedua tangannya yang kebetulan tak lagi ditahan oleh genggaman Mark di atas kepalanya sendiri.

Meski masih dalam keadaan terikat tali tirai.

Namun setidaknya, kedua telapak tangan Haechan yang menyatu dalam ikatan itu mampu memenjara setengah wajah Mark ke dalam tangkupannya. Yangmana itu lumayan efektif untuk menghentikan sentuhan mendebarkan Mark pada tubuhnya, oleh karena manik obsidian Mark saat ini yang terpusat sepenuhnya untuk menatap manik hazel Haechan dengan intens.

"Ma-Mark!" panggil Haechan agak terbata, diiringi deru napasnya yang mulai menghangat secara perlahan. "Tu-Tunggu! I-Ini—"

CUP!

Astaga.

Bahkan sebelum Haechan mampu menyelesaikan perkataannya, bibir Mark telah terlebih dahulu mengecupi jemari Haechan yang menempel di wajahnya.

"Ma-Mark...?!"

Diiringi jantungnya yang berdebar semakin gila, Haechan lantas memekik ketika mendapati tangan Mark kembali menggenggam pergelangan tangannya, hanya untuk membawanya menuju ke dada bidangnya yang sudah tak terlapisi apapun.

Untuk menempelkannya di sana.

Sehingga jemari Haechan mampu termanjakan seperti sekarang, dengan menikmati kokohnya perawakan tubuh Mark yang masih setengah terlanjang di hadapannya. Terlebih saat tangan Mark tampak sengaja memandu jari Haechan untuk menyentuh lekukan seksi dari abs miliknya dengan elusan perlahan.

"Pangeran Haechan..."

Sial.

Tak hanya nada bariton dari Mark yang kembali memanggilnya. Bahkan Haechan sampai menahan napasnya ketika mendapati tatapan seduktif dari manik obsidian Mark yang terarah padanya, ketika jemarinya kembali dituntun oleh Mark untuk semakin turun merambat ke arah celana kain Mark yang masih terkancing rapat.

"...bersediakah Yang Mulia membukanya untukku?"

Mati.

Matilah Haechan dengan jantungnya yang nyaris meledak.

Oleh karena senyum menggoda di bibir Mark yang terlalu fatal untuk dilihat secara gamblang begitu saja di depan matanya, di saat sebagian jemarinya kini mampu merasakan betapa tegang "sesuatu" yang tersembunyi di dalamnya.

Dengan demikian.

Bukannya segera menuruti permintaan Mark, Haechan justru membeku dengan wajahnya yang telah memerah secara matang.

Betapa tidak?

Pemandangan dari setengah tubuh Mark yang nyaris bugil di hadapannya saja sudah membuatnya kesulitan bernapas, apalagi jika tubuh bagian bawah Mark juga—

"Ya... seperti itu, Yang Mulia."

"!!!"

Entah bagaimana caranya, atau kewarasan Haechan memang telah sekacau itu berkat godaan mematikan dari Mark.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang