Wanita itu seperti bunga yang layu, tersentuh oleh angin sepoi-sepoi yang membuatnya jatuh. ia dibuang seperti sampah dan diabaikan, hingga tersesat dalam kehampaan.
Namun, sang Arjuna datang di tengah kesendirian dan kehampaan itu, ia dipertemukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juna telah tiba dirumah sakit, hari ini adalah hari liburnya, namun ia ingin memastikan sesuatu di tempat ini.
Kemarin Jian melakukan terapi, Juna penasaran dengan Hasilnya.
"Lo ingat pasien yang namanya Zhou Jian kan? Apa gejalanya makin parah? dia ga bolos terapikan kan? Kira-kira berapa lama dia bakal sembuh?"
Pertanyaan beruntun Juna membuat Psikiater muda Bernama Giselle itu sedikit melongo.
"Inget, ga parah banget sih, Cuma kepribadian dia juga sedikit tertutup jadi agak susah, dia baru 2 kali terapi jadi gue ga bisa ambil kesimpulan," jawab Giselle.
"Dia trauma gitu ga sih Gi?"
wanita bernama Giselle itu memandang Juna dengan tatapan bertanya,
"Dia siapanya lo? Gue ga berhak kasih informasi pasien ke sembarang orang, termasuk emak gue."
Juna tersenyum menganggukan kepalanya, ia sangat mengerti aturan itu, sepertinya Juna tidak sabaran.
"Ya... bukan siapa-siapa, gue cuma pengen dia baik-baik aja udah," jawab Juna mendudukan diri di kursi.
Jujur saja, kedatangan Juna membuat Giselle kaget, laki-laki itu datang tanpa mengetuk pintu dan lansung memberi pertanyaan tanpa kata pembuka, bahkan tak sempat menarik nafas sekali pun.
"Tumben lo, biasanya gue ga liat lo kalo ga di kantin," heran Giselle.
"Dia pasien gue Gi, jadi gue mau pastiin aja." Juna beralasan.
Tingkah yang semakin membuat Giselle penasaran dan lansung membuka data Jian, baiklah Giselle akan memberitahu keadaan Jian, tapi tidak informasi penting dan pribadi Jian.
Juna sepertinya telah melewati batas rasa ingin tahunya, ambisinya semakin menggebu setelah mendengar cerita yang baru saja di perdendangkan oleh Lusi.
Bahkan setelah mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahunya, Juna termenung di Cafe, hal yang jarang Juna lakukan hingga membuat karyawan di cafe bertanya-tanya apa yang terjadi. Juna terus duduk di meja sudut lantai dua bahkan sampai sore.
Di lain tempat, Jian yang menjadi main character dalam cerita ini tengah diusik ketenangannya, siapa lagi pelaku dari semua kebisingan itu jika bukan adik tercintanya.
"Kak! ayo cepet!!"
Jerry memukul pintu kamar Jian dengan brutal.
"Ayo kak!" desak Jerry lagi, kali ini sembari membalik buku Planner yang sudah ia isi dengan Goals baru nya.