Wanita itu seperti bunga yang layu, tersentuh oleh angin sepoi-sepoi yang membuatnya jatuh. ia dibuang seperti sampah dan diabaikan, hingga tersesat dalam kehampaan.
Namun, sang Arjuna datang di tengah kesendirian dan kehampaan itu, ia dipertemukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dia temannya bang Juna, nanti gue kenalin ke lo," pamer Jerry memperlihatkan skor pertandingan sahabatnya Juna.
"Ga, nanti kita kalah pas tournament," tolak Cahyo.
"Ga, dia itu Ace, liat nih..."
Jerry kembali menunjukan history permainan sahabat Juna, mempromosikan akun dokter itu pada Cahyo, agar Cahyo mengizinkan mereka bergabung dalam tournament nanti.
"Nanti gue fikirin lagi," jawab Cahyo.
Ia mulai mengambil foto Gunung Fuji yang berdiri tegak di hadapanya.
Jangan tanya mengapa keduanya ada disini, keduanya memang melanjutkan kuliah di Singapura, namun bagi Cahyo yang Young Rich itu, perjalanan dari Singapore ke Jepang bukanlah masalah besar karna memilki Jet pribadi.
Karna itulah dirinya memiliki hobby photography, dan Jerry juga ikut-ikutan. Libur semester tahun lalu ia meminta kamera pada Jian, untungnya Jian sedang baik hati dan memberinya begitu saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan di posting dulu, nanti kak Jian ngamuk gue ga ikut ya," tegas Cahyo memperhatikan hasil jepretannya.
"Gue bilang aja karna dia ga beliin PS6 gue kabur," jawab Jerry enteng.
"Nanti kak Jian bilang ke daddy gue kita ga bisa main lagi! lagian PS6 gatau juga kapan dirilis," kesal Cahyo yang mulai lancar berbahasa.
"Oh iya, kita kan belum ke Cappadocia," Jerry memegang kepalanya.
"Ya itu." Cahyo membenarkan.
"Ga jadi posting deh, pamer nya bulan depan aja,"
Setidaknya itulah percakapan singkat mereka, keduanya bertemu saat menjadi siswa menengah pertama dan berteman. Kini keduanya terlihat bak anak kembar beda ibu beda ayah.