Wanita itu seperti bunga yang layu, tersentuh oleh angin sepoi-sepoi yang membuatnya jatuh. ia dibuang seperti sampah dan diabaikan, hingga tersesat dalam kehampaan.
Namun, sang Arjuna datang di tengah kesendirian dan kehampaan itu, ia dipertemukan...
Tebakan Dokter Haikal benar 100 persen, tangannya mulai ia kalungkan ke leher Juna.
"Gue ga pernah nembak, gue lansung lamar. Keren kan gue,"
Juna melepas tangan Haikal dari bahunya, kadang Juna agak geli dengan Haikal yang suka skinship.
"Ga perlu rangkul juga kali."
Dokter itu meninggalkan Haikal begitu saja, ia mulai temperamen tidak jelas.
"Hay buk Hana," sapa Dokter Haikal saat Hana mendekat kearahnya.
"Hey dokter Haikal," jawab Hana tak kalah lemah gemulai.
"lagi free ya," tanya Haikal.
"Iya Dokter Haikal.. ih geli gue dengernya."
Keduanya tertawa setelah ocehan murahan mereka, namun hanya sesaat sebelum Hana membuang nafas kasar dan itu terdengar jelas ditelinga Haikal.
"Lo kenapa lagi? tadi Juna sekarang lo," Dokter Haikal menggelengkan kepalanya.
"Juna kenapa?" tanya Hana.
"Gatau, lagi kasmaran kayak nya dia,"
Lagi Hana membuang nafas kasar, sepertinya wanita itu benar-benar sudah berhasil menggoda Juna.
Hana tidak suka, ia sudah berjuang mendapatkan Juna sejak jenjang kuliah mereka, tidak adil rasanya jika wanita itu menggagalkan perjuangan Hana yang sudah mati-matian.
Memang banyak diluar sana laki-laki yang mengincar dirinya, namun Hana hanya jatuh hati pada Juna, bukan yang lain.
Hana menghentakan kakinya dan pergi meninggalkan Haikal. Yah, dia teramat kesal hingga memilih untuk menenangkan fikirannya saja.
Hari berlalu setelah siang itu, Hana masih penasaran dengan wanita yang sudah berani mencuri perhatian Juna. Berbeda dengan Juna yang hari-harinya terasa lebih bermakna dari sebelumnya, bahkan Juna tak segan memperlihatkan senyum mematikan itu pada semua orang yang menyapanya. Juna tidak tau mengapa dirinya sangat suka tersenyum akhir-akhir ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa? Jepang?"
Jian mengacak rambutnya frustasi dan mendekat ke jendela ruangan meeting.
"Iya ma, nanti aku telfon dia,"
Jian mematikan sambungan telfonnya dan mulai mencari kontak Jerry di ponselnya. Nama Jian kembali disebut saat dirinya ketahuan pergi ke Jepang bersama Cahyo.