✨ Part 12

5 0 0
                                    

Happy Reading...





Jian terlihat berusaha membuka mata, lalu ia memperhatikan sekelilingnya, Hingga keberadaan Juna menjadi titik terakhir yang membuat mata yang sayu itu terbuka lebar.

Jian lansung membuang pandangan kelain arah. Ternyata apa yang Jian lihat dan dengar benar adanya, Dokter Juna datang ke apartmentnya dan membawa Jian ke tempat ini.

Ingin marah, namun juga berterimakasih, Jian tidak tau cara berekspresi lagi dihadapan laki-laki itu.

"Istirahat dulu ya kak."

Jian menoleh saat Juna berucap, ia beralih memperhatikan selang infus yang di pegang Juna.

"Kakak punya tekanan darah rendah, harus nya pas datang bulan kakak konsumsi tablet tambah darah biar ga kecapean," jelas Juna.

Oh Tuhan ini memalukan, Jian benar-benar malu mendengar penjelasan Juna, namun karna Juna seorang dokter apa boleh buat, pasti Juna sudah puluhan kali memeriksa pasien dengan kasus yang sama.

"Hmmm... nanti aku perhatiin," jawab Jian, lagi membuang pandangan dari Juna.

Hening, keduanya hening setelah Jian berucap, Jian tidak pernah meninggalkan kesan yang baik saat pertemuan mereka, kini Juna malah menyelamatkan Jian dari penyakit bulanan yg selalu singgah di tubuhnya.

"Jerry nelfon aku, dia panik banget terus nyuruh aku jenguk kakak ke apartment."

Yah, inilah yang membuat Jian penasaran mengapa ada Juna di apartmentnya, dari mana sekiranya Juna tau alamat apartmentnya. Ternyata semua ini ulah Jerry.

Jian ingin mengumpat, hanya saja berterimakasih mungkin lebih dibutuhkan disini, soal password apartment bisa Jian ganti nanti.

"Makasih ya... u udah bantuin, maaf juga..." ucap Jian terputus.

"Maaf buat apa kak?" tanya Juna.

"Aku selalu nge gas kalo ketemu kamu, aku selalu negerepotin juga,"

Jian terlihat sedikit malu saat berucap, bahkan mencari obejek lain untuk dipandang, agak malu rasanya jika beradu pandang dengan Juna. Namun Juna malah menaikan ranjang Jian agar wanita itu tidak terlalu sulit berbicara dengannya.

"Aku mau maafin kakak sih... tapi ada syaratnya," pinta Juna mulai mengambil kesempatan.

"Syarat apa?"

Kening Jian berkerut, wanita itu terlihat serius menanggapi ucapan Juna.

"Nomor aku jangan di blokir lagi." Juna merenggut.

" Juna merenggut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang