Wanita itu seperti bunga yang layu, tersentuh oleh angin sepoi-sepoi yang membuatnya jatuh. ia dibuang seperti sampah dan diabaikan, hingga tersesat dalam kehampaan.
Namun, sang Arjuna datang di tengah kesendirian dan kehampaan itu, ia dipertemukan...
Ingatan Juna berkelana pada 24 jam lalu, dimana awal dari kisah Jian menjadi pasiennya.
Juna Melihat kronologi saat wanita itu menyeruput Espresso -nya seperti meminum teh, lalu Bergumam tidak jelas memandang cangkir yang ada dihadapannya, Setelahnya berlari terburu-buru meninggalkan café.
Bahkan Juna juga berpapasan dengan Jian saat wanita itu membuang 3 kaleng susu yang ia minum sekaligus ke tempat sampah.
Disana Juna sudah melihat ada yang tidak beres dengan wanita itu, bahkan saat Jian berlari keluar café Juna sudah ingin mengejarnya, namun untuk apa? Juna tidak mengenal wanita itu, bisa-bisa Jian mengira Juna seorang penguntit.
Hingga paginya Juna bertemu dengan Jian yang terbaring lemah diranjang pasien, ingin sekali Juna bertanya apa yang terjadi? Mengapa dari sekian banyak scenario, keduanya dipertemukan sebagai dokter dengan Pasien?
Berkali-kali ia coba untuk menyapa Jian, mengumpulkan keberanian untuk berkenalan dengan wanita misterius itu, sayangnya takdir tidak berpihak pada Juna.
Jangan tanya alasan mengapa Juna terlihat emosi saat mendengar kondisi Jian yang drop, inilah jawabannya. Karna Juna harus membuatnya bangun terlebih dahulu untuk menanyakan apa yang terjadi, mengapa Jian tiba-tiba menjadi pasiennya seperti ini.
Mungkin Jian tidak menyadari keberadaan Juna karna keduanya tidak saling kenal, Namun berbeda dengan Juna yang penasaran dengan Jian, Wanita itu benar-benar misterius bagi Juna.
Itu bukan awal dari pertemuan mereka, pertemuan pertama keduanya terjadi saat senja menyapa dengan rintik hujan yang sendu, dengan tas mahalnya Jian melindungi kepalanya lalu masuk kedalam café milik Juna, ia memesan Hot Matcha dan beberapa cemilan, lalu duduk di pojok kiri lantai 2, tempat kesukaannya.
Tidak, itu juga tempat kesukaan Juna, ia kecewa saat wanita itu mengambil tempatnya terlebih dahulu, padahal keduanya sama-sama masuk ketempat itu, namun Jian berhasil mengambil alih tempat itu lebih dulu.
Juna mengalah dan duduk ditempat yang berbeda, mengeringkan wajahnya dengan sapu tangan di jas kerjanya.
Juna menghela nafas saat kekecewaan itu mulai menguasai dirinya, tempat itu adalah tempat yang pas untuk mengabadikan moment ini. Rintik hujan, kelap kelip lampu dan jalanan yang sibuk. Sempurna sekali jika potretnya dibingkai dalam figura besar di dinding rumahnya.
Tidak mau ketinggalan moment itu, akhirnya Juna mengeluarkan ponselnya lalu berjalan kesudut ruangan, mulai mengabadikan moment yang indah itu dengan camera ponsel miliknya. Beberapa kali Juna mengambil potret dari sudut yang berbeda. Hingga pada satu waktu, kameranya menangkap keberadaan Jian disana.
Jika dibuatkan kisah melodrama, cerita ini akan berkisah tentang seorang wanita yang duduk seorang diri meratapi kisah cintanya yang kandas di tengah jalan, hujan yang turun membuatnya terlihat begitu dramatis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.