✨ Part 34

2 0 0
                                    

Happy Reading








Jantung Jian berdebar kencang lagi, bibirnya terlalu sulit untuk tidak tersenyum, namun ia harus menahan itu sebelum bertanya tentang alasan Juna yang tidak menghubunginya beberapa hari, bahkan hari ini.

Juna terlihat sudah masuk ke lobi, ia lansung menangkap keberadaan Jian di depan lift, dengan langkah pasti Juna pun mendekat kearah wanita itu.

"Pulang bareng aku ya," pinta Juna saat tiba di hadapan Jian.

"Hmmm... aku ambil tas dulu."

Akhirnya dia datang dan membawa Jian pergi bersamanya, Jian tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia diwajahnya. Walau bagaimanapun perlakuan Juna, Ia tetap akan memaafkannya.

Hampir memakan waktu 10 menit, Jian telah kembali dengan tas ditangan kanannya. Wanita itu menghampiri Juna yang sudah menunggu.

"Kamu udah makan siang kan?"

Jian mengangguk pasti, menunggu pertanyaan selanjutnya dari Juna. Laki-laki itu terlihat kaku dari biasanya, mungkin ia merasa bersalah setelah tidak menghubungi Jian, terlebih perlakuannya malam itu.

"Kalo gitu kita berangkat sekarang ya," ajak Juna.

"Hmm."

Jian mengikuti Juna dan berjalan disampingnya, suasana benar-benar canggung, terlihat seperti saat keduanya belum saling mengenal.

"Kita perginya agak jauh ya."

"Boleh, kemana?" tanya Jian.

"Nenek pengen ketemu kamu," jawab Juna.

"Nenek? Kok kamu ga pernah cerita tentang nenek kamu?" dahi Jian berkerut tipis.

"Nenek baru pulang dari Cina, jadi aku ga punya bahan cerita," jelas Juna.

Jian hanya menganggukan kepala dan menoleh keluar Jendela.

"Tapi pulangnya agak malam, gapapa ya?"

Jian kembali menoleh kearah Juna, memandang Juna yang sepertinya tidak ingin bertemu pandang dengannya.

"Yaudah gapapa."

Mobil Juna pun melesat menuju pinggir kota, udaranya lumayan sejuk dan banyak pepohonan, Sinar mentari senja juga memperindah tiap ruas jalan di kota ini. Tak lupa keduanya membelikan buah tangan untuk sang nenek di perjalanan.

Hingga saat langit mulai bewarna Jingga keduanya tiba di rumah nenek Juna. Dokter itu membukakan pintu mobil untuk Jian, lalu menuntun wanitanya itu menuju pintu utama.

Ternyata nenek sudah menunggunya disana, ia menunggu kehadiran cucunya itu dengan merentangkan tangan. Sontak Juna lansung memeluk tubuh neneknya dan melontarkan kata rindu.

Setelah melepas rindu dengan cucu tercintanya, Jian pun memberi salam pada sang nenek dan memberikan bingkisan untuk wanita tua itu.

"Gimana kabarnya nek?"

Sang nenek tidak lansung menjawab, ia menarik pergelangan kecil Jian dan mengelusnya. Lalu menarik tangan itu agar berjalan beriringan dengannya memasuki rumah.

"Nenek udah tua, udah banyak sakitnya. Tapi pas dengar Juna mau nikah, nenek kayak muda lagi," candanya.

Membuat Jian yang ada disamping wanita tua itu terkekeh dan membantunya duduk di sofa.

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang