✨ Part 39

4 1 0
                                    

Happy Reading





"Kamu ngapain disini?"

Suara itu mengejutkan Jian, seiring dengan tangan kekar yang melingkar di perut rampingnya.

"A aku nungguin kamu," Jawab Jian kaku.

"Emang mau ngapain nungguin aku?"

Juna mengecup pipi kirinya seraya berucap, membuat Jian sedikit geli karna suaminya itu terus saja menempel dengannya.

"Mau tidur, kamu ga capek ya?"

Jian berusaha melepas tangan kekar itu, namun Juna menahan Jian dan kembali mengeratkan pelukannya.

"Ga... aku mau kangen-kangenan dulu."

Juna meletakan kepalanya di bahu Jian dan memejamkan matanya. Cukup lama Juna melakukan itu, menghirup wangi tubuh Jian dan kembali mengecup wajah istrinya.

Jian terlihat resah, hingga wanita itu benar-benar melepas pelukan Juna dan kabur. Namun Juna terlebih dahulu menarik tangan istrinya masuk dan mengunci pintu balkon. Mendudukan dirinya di ranjang dan menarik Jian agar duduk di pangkuannya.

Jian risih, namun apa yang bisa ia lakukan jika dunia pernikahan memang seperti ini, lagi pula ia merindukan Juna, jadi tidak ada penolakan untuk itu.

Tangan Juna melingkar di pinggang Jian, tatap matanya juga terkunci pada wanita itu, tangannya membawa pergelangan kecil Jian agar melingkar di lehernya.

"Kamu ga kangen ya?"

"K kangen.." jawab Jian terbata-bata, wanita itu sepertinya nervous dengan perlakuan Juna. Bahkan ia berusaha agar tidak beradu pandang dengan Juna.

Juna yang geram lansung mengangkat tubuh kecil itu dan menidurkan Jian diranjang, tak lupa menindih wanita itu dan mengunci pergerakan Jian.

"J Jun..."

"Hmmmm apa?" Jawab Juna, mulai membelai rambut dan wajah istrinya, sementara Jian sudah ketakutan. Jujur, ia takut Juna melakukan sesuatu padanya.

"Aku ga mau minggir," bisik Juna di telinga Jian.

Jian dibuat tidak bisa berkata-kata, apa yang Juna lakukan sebenarnya. Apa dirinya benar-benar ingin melakukan malam pertama sekarang?

Ayolah, Jian masih tabu dengan hal-hal seperti itu, ia juga sedikit takut dengan kisah mengerikan saat malam pertama.

"Miss U babe..."

Mata Jian terpejam kala Juna mengecup keningnya, sentuhan itu membuat dadanya bergemuruh hebat. Terlebih saat Juna mencium setiap inci dari wajah Jian, bahkan bibirnya.

Ah tidak, Jian menahan Juna saat jarak keduanya begitu dekat.

"Kamu kenapa?" tanya Juna sedikit kecewa, sejak tadi Jian selalu saja menolak perlakuannya.

"A aku takut," Jawab Jian mencoba mengalihkan pandangan dari Juna.

Juna menghela nafasnya sejenak dan berhenti menindih wanita itu, ia duduk disamping Jian dan mulai memainkan ponselnya.

Sedari tadi Jian selalu menolaknya, salahkah Juna ingin bermanja-manja dan mencium istrinya. Waktu dua minggu sangat lama bagi Juna untuk menunggu, ia merindukan kekasihnya dan ingin melampiaskan rasa rindunya.

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang