Happy Reading
✨
kata-kata Juna terputus saat Jian membalas pelukannya, benarkah Jian melakukannya? ia bukan tipe wanita yang suka dengan kontak fisik seperti ini.
"Eh dibalas? katanya bukan muhrim," Juna masih sempat bercanda untuk menghibur Jian, lagi pula dirinya juga berdebar di perlakukan seperti ini.
Jian pun memukul bahu laki-laki itu, mengapa Juna masih sempat menggodanya di situasi seperti ini.
"Makanya halal in..." tutur Jian masih memukul bahu Juna, ia mulai kesal.
Tapi benarkah yang Jian ucapkan itu? Apa Juna tidak salah dengar? Apa maksud Jian berkata seperti itu. Juna lansung melepas pelukannya dan memandang kearah Jian yang masih menunduk.
"Apa? Halal ini?" Jian tidak menjawab, ia mencoba menoleh kelain arah, ia tidak bisa menahan rasa cemasnya hingga meminta Juna melakukan itu.
"Kak," panggil Juna membuat Jian gugup, terlebih dirinya semakin mengeratkan genggaman tangan Jian, membuat Jian mau tak mau harus memandang kearah laki-laki itu.
"Apa? Coba ulang lagi? Halalin?" ulang Juna.
Jian Hanya menganggukan kepalanya malu.
"Jadi aku diterima nih?"
Jian tidak menjawab, ia kembali menunduk sambil menganggukan kepalanya.
Juna tidak percaya ini, rasanya seperti terbebas dari rantai yang mengikat dadanya sesak, Juna tidak pernah membayangkan dirinya akan sebahagia ini.
Akhirnya kesabaran Juna berbuah manis, akhirnya penantian Juna selama ini menghantarkannya pada satu titik dimana semua yang ia inginkan tercapai.
Tidurnya akan lebih nyenyak dari biasa. Ia tidak sabar membawa Jian pada keluarganya, memberitahu dunia jika Juna berhasil mendapatkan wanita yang sangat ia cintai.
Juna tidak akan mengulur waktu, ia akan menjadikan Jian miliknya seutuhnya dalam waktu dekat, ia bersungguh-sungguh dan Juna sudah berjanji untuk melindungi Jian dan membuatnya tersenyum bahagia.
Jian pun sama, ia tidak sabar memberitahu keluarganya berita bahagia ini. Hingga sang adik orang pertama yang diberitahu dan keluarga besarnya dibuat heboh.
Jian tidak tau mengapa rasa khawatirnya bisa membuat Jian kuat dan megambil keputusan ini. satu hal yang pasti, Jian takut kehilangan Juna. Jian takut terjadi sesuatu yang buruk pada Juna, dan Jian takut Juna benar-benar pergi meninggalkannya.
Kini rasanya sangat lega, Jian benar-benar kembali hidup saat dirinya berterus terang tentang perasaannya.
Memang, saat kita ingin membuat orang lain bahagia, kita sendiri harus bahagia terlebih dahulu. Bagaimana cara kita menguatkan orang lain sementara kita sendiri masih belum bisa berdiri kokoh.
Dulu Jian lebih memilih memendam perasaan karena takut terluka. Tapi justru memendam lah yang membuatnya terluka.
Dan keputusan Jian tentu saja tidak disia-siakan Juna, dokter itu memperlihatkan kesungguhannya untuk membina rumah tangga dengan Jian, dengan mengundang kedua keluarga untuk bertemu dan membicarakan hubungan mereka.
Jian tidak percaya Juna akan mengambil tindakan secepat ini, ia juga tidak menyangka laki-laki yang lebih muda darinya akan menjadi imamnya, bahkan ia lebih dewasa dari yang Jian fikirkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA [AU]
RomanceWanita itu seperti bunga yang layu, tersentuh oleh angin sepoi-sepoi yang membuatnya jatuh. ia dibuang seperti sampah dan diabaikan, hingga tersesat dalam kehampaan. Namun, sang Arjuna datang di tengah kesendirian dan kehampaan itu, ia dipertemukan...