✨ Part 16

5 0 0
                                        

Happy Reading...





04:15 WIB

Alarm ponsel Jian membangunkan tidurnya, wanita itu berlalu ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.

Jian memandang pantulan dirinya di cermin, sebentar lagi adzan subuh berkumandang, ucapan sang ibu terngiang-ngiang di telinga Jian.

Benarkah di usianya yang sudang matang Jian memang harus mencari pendamping? Jian seorang wanita, menikah memang sesuatu yang harus disegera kan bagi kaumnya.

Jian menyatukan tangannya dan menumpu keningnya disana. Rasanya ingin mengumpat, namun Jian tidak bisa melakukan itu pada kedua orang tuanya, mereka terlalu berharga untuk diperlakukan dengan buruk.

"Oke," gumam Jian setelah memutuskan pilihannya.

Wanita itu mengambil mukena dan kunci mobil, berlalu ke Masjid terdekat, tempat dimana dirinya biasa beribadah. Jian harus memulai harinya dengan sesuatu yang baik agar bisa menjalani harinya dengan baik, seperti bertemu dan berbicara dengan banyak orang contohnya.

Kini ia sudah bertemu dengan banyak wanita disana, mereka saling menyapa dan berbicara ini itu, berhasil membuat Jian menghilangkan rasa stress di kepalanya, dan lihatlah kilauan cahaya dari kubah itu, terlihat sangat indah dan menyejukan. Jian merasa sangat tenang di tempat ini.

Hingga panggilan itu dikumandangkan, mereka memulai ibadah pertama hari ini, semoga dirinya bisa menjalani hari tanpa kekosongan dan emosi yang terkontrol.

"Tumben subuh di masjid? Biasanya magrib aja."

Suara itu mengalihkan perhatian Jian.

"Eh Kak Joana, lagi pengen aja kak," jawab Jian, pada pemilik nama Joana itu.

"Belum ada imam ya?"

Wanita yang usianya beberapa tahun diatas Jian menyenggol bahu Jian, Jian pun tersenyum tipis dan berucap.

"Kakak yang udah ada imam aja masih ke masjid, apalagi aku yang ga ada imam kak."

Joana terkekeh dengan jawaban Jian dan pamit, suami dan anaknya sudah menunggu di mobil.

Jian tersenyum melihat kepergian wanita itu, Hidupnya sangat sempurna, namun ia hanya bisa memiliki satu keturunan karna penyakit yang di deritanya.

Yah begitulah hidup, tidak ada manusia yang sempurna, yang bisa kita lakukan hanya bersyukur agar tuhan memberikan nikmatnya lebih banyak lagi.

"Kak Jian."

Jian terkejut bukan main mendengar suara itu, ia lansung berbalik dan dipertemukan dengan Juna. Yah, Arjuna Artha Renjana yang semalam ia temui.

"Kakak subuh disini juga ya? kok aku baru liat?"

Jian tidak lansung menjawab, ia masih memandang laki-laki yang ada di hadapannya itu, kata-kata sang ibu terlintas di benak Jian saat senyum Juna mengembang.

Kalo nyari jodoh itu yang sholat subuhnya di masjid

Setidaknya itulah kalimat singkat dari sang ibu saat Jian mendongkol disuruh menikah, hingga kini ia tersadar jika dirinya sudah terlalu lama memandang Juna.

"Juna.... G Ga terlalu sering sih.......aku duluan ya," jawab Jian kaku.

Jian pun lansung pergi meninggalkan Juna, membuat Juna mengerutkan keningnya dengan tatapan bertanya.

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang