✨ Part 36

3 0 0
                                    

Happy Reading





"Kenapa-"

Juna memotong ucapan Jian dengan menyambar tangan wanita itu dan menggenggamnya kuat, seperti melampiaskan sesuatu yang sesak didadanya.

"Ju-"

"Akhirnya kalian datang, duduk dulu."

Sang ibu lansung menyambut keduanya, Jian pun segera melangkah mendekati sang ibu namun tangannya masih ditahan oleh Juna.

Sungguh membingungkan, Jian benar-benar bingung dengan situasi ini, terlebih melihat Juna yang tampak tidak bersahabat melihat sang ibu dan lawan bicaranya.

"Ayo sini," panggil sang ibu lagi.

Akhirnya sang ayah bergerak membawa mereka duduk disana.

"Kenalin, Dia Jessie...."

Jian lansung mengulurkan tangannya, begitupun Jessie.

"Dia Cinta pertamanya Juna," lanjut sang ibu saat keduanya berjabat tangan.

Jian yang masih menjabat tangan Jessie terlihat lansung melepas tangan itu, ia tidak tau harus berekspresi seperti apa.

"Ma..."-Juna.

"Bener kan?" sang ibu meyakinkan.

"Tante, ga usah dibahas, kita kan masih kecil waktu itu," tambah Jessie.

Jian hanya mengulum senyum dan mencoba untuk menjaga sikap, tentu saja dirinya sedih mendengar calon mertuanya berbicara seperti itu. bahkan ia tersenyum sambil berucap, tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Juna masih diam, sang ayah sepertinya masih menahan anaknya untuk berucap.

Juna memang cukup emosional dari yang Jian fikirkan, namun ia tidak sembarang meletakan moodnya.

Jian rasa ada sesuatu yang buruk di masa lalu keduanya, terlihat dari sang ibu yang tampaknya lebih menginginkan wanita itu daripada Jian. Jujur, Jian merasa telah gagal mengambil hati calon mertuanya.

Sedari tadi keduanya hanya membahas kisah masa lalu Juna dan Jessie, Juna terlihat sangat tidak menyukai itu, sementara sang ayah terus berusaha menghentikan sang istri untuk bercerita.

"Udah ma?"

Akhirnya Juna berucap, ia tidak bisa menahan diri lagi, tidak peduli dengan ayahnya yang sejak tadi mengisyaratkan untuk diam.

"Kita makan malam dulu ayo.." ajak sang ibu ramah.

"Ga usah ma, aku udah ga selera makan lagi, aku udah kenyang..." sarkas Juna.

"loh kok gitu?" tanya sang ibu tidak peka, sementara Jessie sejak tadi memandang Juna takut, ia melihat jelas kemarahan Juna di matanya.

"Mama mau kasih apa? Kasih sekarang aja, nanti kita kemalaman," cetus Juna.

"Yaa ga bi...."

"Udah malam ma, Juna mau ngantar Jian pulang juga," sang ayah akhirnya ikut membantu Juna.

Sang ibu berdiri dengan kesal dan berlalu kekamarnya, meninggalkan mereka disana. Jessie tampak canggung diantara orang-orang itu, ia mencoba untuk tidak beradu pandang dengan salah satu dari mereka.

"Kasih ke mama kamu ya."

Sang ibu memberi Jian sebuah kotak untuk dititip kepada ibunda Jian.

"Makasih ma."

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang