✨ Part 9

5 1 0
                                        

Happy Reading...




03:23 WIB

Jian masih terjaga, lelahnya tidak terasa saat memikirkan apa yang baru saja terjadi. Berulang kali ia fikirkan namun masih tetap tidak masuk akal baginya. Kejadian yang baru saja Jian alami terlihat seperti skenario yang dirancang untuk membuat dirinya dikenal oleh tamu undangan.

Apakah ini pertanda baik? Apa Jian akan melepas masa lajangnya seperti teman-temannya.

Jian menggeleng, Menikah bukanlah akhir dari segalanya. Lagi pula semua laki-laki sama saja, egois, tidak memikirkan perasaan wanita. Mereka tidak tau lelah itu apa, sakit itu apa dan menunggu itu apa. Yang mereka tau hanya cara mengobati rindu di hati mereka, saat tidak dibutuhkan lagi ya siap-siap pergi dari kehidupannya.

Kurang lebih seperti itulah Jian menggambarkan seorang laki-laki dalam hidupnya. Kisah cintanya membuat wanita itu jatuh sedalam-dalamnya, ia kehilangan semangat hidup, senyumnya terlalu mahal untuk orang-orang sekitarnya.

Dan kini rasa sepi itu kian membuncah dalam hatinya, dulu saat ia dan sahabatnya bebas, Jian dikekang oleh sebuah rantai yang di beri nama kekasih. Ia hanya diberi akses tertentu saja untuk berteman, sama seperti kuda di papan catur.

Dan kini saat dirinya sudah terbebas dari rantai itu, tiada satu orang pun yang bisa ia ajak berteman, faktor usia, kedewasaan, ekonomi dan banyak faktor lain yang menyebabkan dirinya tidak bisa bergaul lagi dengan teman-temannya.

Hanya ada satu jalan, Jian harus menikah dan memiliki anak, agar dirinya memiliki dunia baru yaitunya dunia orang tua.

Jian menginginkan hal itu, ia juga sama seperti wanita lain yang ingin menikah dan memiliki anak. Sayangnya ia masih tidak percaya dengan lelaki, sang mantan telah mencoreng nama baik laki-laki sebagai imam yang baik.

Kini tinggalah penyesalan dan rasa takut dalam diri Jian, ia takut bertemu sosok yang sama, karna pada dasarnya lelaki itu sama, logika lebih mendominasi, dan mata yang memberi penilaian untuk segalanya.

Seminggu berlalu setelah acara pernikahan itu, Lusi telah menetap di Cina, tempat dimana sang suami lahir dan dibesarkan, bisnis sang suami juga mulai berkembang disana.

Kesepian itu kian memuncak kala sang adik kembali ke pertapaaanya, Liburan semester telah usai, ia harus kembali menjadi seorang Mahasiswa.

Dan Jian juga harus kembali menjalani rutinitasnya, sepi bukan berarti dirinya tidak memiliki teman, ada banyak dari mereka yang menjadi sahabat Jian. Namun dirinya masih merasa kesepian.

Tuk...

Jian menghentikan lamunan singkatnya dan memandang pelaku yang baru saja membuat suara di meja.

"Dok-"

"Genap tiga minggu, aku ga mau punya pasien yang sama," potong Juna.

Yah, dia kembali di pertemukan dengan Arjuna yang beberapa kali sempat masuk kedalam mimpinya akibat bunga sialan itu.

Tangan Juna bergerak menukar minuman yang baru ia bawa dengan secangkir kopi yang ada dihadapan Jian.

"Minum Jus aja."

Juna menggeser gelas itu lebih dekat lagi pada Jian.

"Dokter ngapain disini?" tanya Jian.

"Aku liat kakak disini, makanya aku mampir, takut dapet pasien baru, soalnya pasien aku udah banyak,"

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang