✨ Part 48

6 0 0
                                        

Happy Reading







"Apakabar ma?"

Jian mengulurkan tangan untuk salam dengan mertuanya, sembari memberi bingkisan.

"Papa mana ma?" tanya Juna.

"Belum pulang," jawab sang ibu.

"Tumben kamu kesini," sarkas sang ibu.

"Lagi ada waktu luang, mau motoran." Jelas Juna.

"Motoran? Kebetulan ada Jessie..."

Sang ibu memotong kata-katanya dan mengedarkan pandangannya.

Jian dan Juna yang ada dihadapan sang ibu pun saling memandang mendengar nama itu, mengapa harus Jessie lagi? Seberapa banyak kenangan mereka hingga semua yang Juna lakukan selalu berakhir dengan wanita itu.

"Ya tante," sahut Jessie.

Kedatangan Jessie yang diikuti oleh Anna pun tidak sedikit membuat kerutan didahi Juna.

"Ma..."- Juna.

"Ini lo si Juna motor-motoran, jadi keinget kalian dulu motor-motoran sampai masuk rumah sakit."

Yah, mertuanya mulai lagi, tak ubah seperti Jessie yang mendeklarisasikan kemenangan dihadapan Jian. Sang ibu mertua ternyata lebih bersemangat lagi menghancurkan hati Jian yang dari awal memang sudah tidak dianggap.

Dan begitulah seterusnya, mereka kembali bercerita tentang masa lalu Juna dan Jessie yang indah dan beribu kenangan.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Anna, tatap matanya seperti mengisyaratkan jika permainan keduanya sudah mendapat skor satu sama.

"Ma, jangan ngomongin masa lalu terus," Juna mencoba untuk menghentikan ocehan sang ibu.

"Kenapa? Kan yang mama omongin bener. Ini kalian minum dulu biar ngobrolnya makin enak," titah sang ibu.

"Gau usah ma, Juna mau pulang aja."

Juna berdiri dan menarik tangan istrinya agar ikut.

"Kenapa? Jessie sama Anna masih disini lo, ga sopan pergi kalo ada tamu," sang ibu mulai menahan Juna.

"Mereka tamu mama, bukan tamu aku."

Juna lansung menarik Jian seperti yang dulu ia lakukan saat Jessie bertamu kerumahnya.

Sang ibu yang merasa obrolannya belum sampai inti, lantas menahan Juna.

"Juna! dengerin mama!"

Juna pun menghentikan langkahnya, mendorong tubuh Jian mundur dan berdiri menghalanginya.

"Kamu akhir-akhir ini mama lihat makin keras kepala," tutur sang ibu. Ia berbicara pada Juna namun tatap matanya mengarah pada Jian.

Jian yang menangkap maksud sang ibu dan alasan Juna yang sejak tadi menariknya agar berdiri di belakang pun mengerti sekarang.

"Maaf ma, aku gini karna sikap mama."

Juna tidak berani memandang wajah ibunya, walau bagaimana pun kemarahan itu menguasai dirinya.

"Kamu sekarang nyalahin mama?"

Sang ibu memandang Juna penuh penyesalan.

"Oke, sekarang kamu udah punya istri jadi ga butuh mama lagi," ucap sang ibu.

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang