✨Beginning

12 2 0
                                    

Happy Reading...





Sepi, kata itu menggambarkan seorang Wanita yang duduk seorang diri di meja café

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepi, kata itu menggambarkan seorang Wanita yang duduk seorang diri di meja café.

Tangannya menumpu dagu yang sempit, netranya juga memperhatikan jalanan dengan puluhan bahkan ratusan manusia dengan segala aktifitasnya.

Lambat laun sudut bibirnya tertarik berlawanan, Kepalanya juga mulai mengangguk pelan. Semakin hari dirinya semakin menyadari sesuatu.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, baru kemarin ia tertawa layaknya sekumpulan bocah SMA yang berdiri di Halte Bus, baru kemarin juga ia mengumpat dengan beberapa buku dan tas laptop di punggungnya.

Kini entah apa kabarnya, Sahabat yang semakin hari semakin tidak tau keberadaannya, yang lama menghilang digantikan yang baru, dan yang baru pun terus berganti menyisakan beberapa orang saja.

Hingga kini, matanya beralih memandang wanita muda yang duduk tidak jauh darinya, wanita itu mungkin seusianya, ia duduk disamping tas kerja dengan secangkir coffe di hadapannya. Hanya saja wanita itu memiliki partner berbicara, hingga dirinya tidak dibuat kesepian.

Partner, wanita pemilik nama lengkap Zhao Jian itu membuang nafas kasar. Kata 'Partner' terdengar seperti mengolok-olok Jian. Umur 27 tahunnya benar-benar terusik dengan kata itu, tidak semua wanita harus menikah di usia 27 tahun bukan? Mengapa dirinya selalu diteror dengan kata 'Partner dan menikah?'

Jian membuang nafasnya kasar dan menyeruput coffe yang ada dihadapannya sampai habis. Yah, Habis. Bahkan Jian baru menyadari jika dirinya meminta untuk dikutuk oleh secangkir kopi.

"Sial,!!!" Jian mengumpat.

Tangannya meraih tas branded di sisi kiri dan keluar dari cafe, berlari menuju parkiran dan menghempaskan pintu mobilnya kuat, tak lupa melempar tas kerja nya ke kursi penumpang.

Apa yang Jian lakukan sebenarnya, meminum kopi sama saja dengan bunuh diri.

Bunyi roda yang dipaksa berhenti terdengar melengking di parkiran.

Mobil Sport merah itu kembali berhenti di sebuah Supermarket yang tak jauh dari cafe, kaki sang pengemudi pun berlari kearah lemari pendingin. Mengabsen seluruh susu murni dari semua merek terkenal.

Setelah selesai membayar, pengemudi yang tidak lain adalah Jian, pun membawa kresek putih itu ke sebuah tempat duduk dan mengeluarkan semua isinya.

Tangan Jian mulai gencar membuka satu-persatu kaleng susu dan meneguk isinya tanpa sisa, Jian tidak peduli dengan apa yang ia rasakan, ia hanya ingin susu itu bekerja keras menghentikan Caffeine yang sebentar lagi berbuat nakal di lambungnya.

ARJUNA  [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang