Andin menatap pada jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, dan tak ada tanda-tanda Nino masuk ke dalam kamar.
Beberapa temannya tadi memang sempat menemaninya di sini, begitu pula dengan ayah dan sang mama tapi mereka sudah pergi. Sekarang, hanya ada dia sendiri di kamar.
"Apa dia kedatangan temannya?" tanya Andin seraya mematut dirinya di depan cermin. Riasannya belum dibersihkan begitu pula dengan baju pengantin yang sama sekali tidak diapa-apakannya.
"Nanti suruh Nino saja yang bukakan." celutuk teman kantornya menggoda.
"Mau kukasih wejangan waktu malam pertama tidak?"
"Kau sendiri saja belum menikah, sok-sokan ingin memberikan wejangan!"
Andin hanya bisa tertawa-tawa mendengar celutukan teman-temannya beberapa menit lalu. Merasa senang karena ditemani oleh orang terdekatnya. Dan sekarang sisa dia saja di kamar.
Mulai mengantuk sekaligus lelah, Andin lantas melepas sendiri gaunnya, susah payah ia mengulurkan tangannya ke belakang demi melepas resleting dan akhirnya bisa juga. Di hapusnya riasannya serta dilepasnya aksesoris yang ia pakai. Setelah selesai, ia menaruh semuanya itu di pinggiran, sedangkan dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Niatnya ingin berendam air hangat sebentaran, tapi tak jadi kala kantuk mulai memberatkan kelopak matanya. Apalagi kaki serta seluruh tubuhnya terasa pegal, jadilah ia mandi secepat kilat. Ia memakai piyama berbahan sutra nan halus hadiah dari ibu mertuanya, lalu mengagumi penampilannya karena betapa halus dan cantiknya itu. Tapi sayangnya, orang yang ingin dibuatnya kagum sedang tidak ada di sini. Ia kembali menghela napas, lalu pergi tidur. Ia jatuh terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal.
...... 🦋🦋🦋
"Hentikan ini ... kau membuatku takut!"
Namun Nino yang telah dikuasai alkohol menganggap bahwa wanita yang sekarang ditelanjanginya hanyalah salah satu dari wanita satu malamnya.
"Berhenti menangis, aku benci itu!" bentaknya marah semakin membuat Andin gemetaran keras.
Andin tak ragu saat dia mengangkat tangannya yang bebas, kemudian memberikan tamparan keras pada wajah Nino. Matanya yang dipenuhi tangis menampilkan kekecewaan dan perasaan campur aduk lainnya. Mengapa dia tak tahu sikap Nino yang begini? Mengapa harus sekarang dikala dia telah membayangkan malam pertama pernikahannya pasti dipenuhi kebahagiaan dan cinta mereka? Mengapa itu sekarang?
Tamparan itu berhasil membuat pria yang tadi seperti orang gila menjadi tenang dan dapat melihat sekelilingnya dengan jelas. Ketika dia akhirnya dapat melihat dengan jelas siapa wanita yang kini dicengkramnya dengan kasar dan ditindihnya, ia membeku kaku, dan perasaan bersalah kembali dirasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
FanfictionMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...