SS2 - BAB 39

219 18 0
                                    


"Kau sudah pergi empat tahun lamanya, tak mengherankan apabila kau jadi terbiasa dengan suasana tenang dibandingkan bising semacam ini. Tapi setidaknya di sini, kau bisa dengan mudah mendapatkan apa pun." ujar Rafael seraya menyeringai. Pria itu kemudian melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya dia pergi sekarang.

"Masuklah kembali, temani ayahmu. Aku harus pergi sekarang." ucapnya sembari bangun dari duduk.

Andin mengangkat kepalanya, "Lalu kau kemari untuk apa?" tanyanya terheran-heran. Pasalnya, Rafael baru saja tiba dan sekarang pria ini berpamitan mau pergi. Aneh sekali.

"Aku datang hanya untuk memastikan apakah kau jadi ke Jakarta atau tidak. Karena aku sudah melihatmu di sini, itu artinya pekerjaanku selesai." jawab Rafael enteng tanpa merasa bersalah sedikit pun karena telah membohongi Andin.

Diingatkan lagi kalau dia masuk ke dalam jebakan Rafael, Andin mendengkus jengkel.

"Aku pergi." pamit Rafael yang dijawab Andin dengan gumaman singkat.

Selepas kepergian temannya itu, Andin tidak pergi. Wanita itu memutuskan untuk menghabiskan waktu sebentar di taman rumah sakit tersebut.

"Apa yang sedang dia lakukan sekarang?" gumamnya bertanya penasaran tentang kegiatan Aldebaran.

Dia tidak dapat menampik perasaannya yang kini tengah merindukan pria itu. Pertemuan singkat mereka tidaklah cukup membuat kerinduan yang dirasakannya selama beberapa tahun belakangan terpuaskan.

Seandainya dia tahu alamat tempat tinggal Al sekarang, dia pasti sudah mendatangi pria itu hanya untuk mengobati kerinduannya ini. Sayangnya, setelah kejadian empat tahun silam itu, rumah yang ditempati oleh Al dan Hartawan disewakan pada orang yang tak dirinya kenal.

Terakhir kali dia datang ke sana, orang lain lah yang menempati rumah itu.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang