SS2 - BAB 59

132 12 0
                                    

.....

"Uhuk uhuk... Apa, mengapa Andin bisa di sini juga? Dan, bersama Al? Katakan padaku Ren, apa aku sedang berhalusinasi?" Cecar Jennifer mempertanyakan penglihatannya yang dikiranya telah rusak dan salah melihat keberadaan Al bersama dengan Andin.

"Tidak, kau tidak salah. Mereka memang datang berdua." balas Rendy membenarkan. Ia membantu mengusap bibir bawah dan dagu Jennifer yang terkena minuman. "Bukan hanya itu saja. Apa kau tahu posisi seperti apa saat tadi aku melihat mereka di toilet?"

"Seperti apa?"

Rendy berbisik, "Mereka saling berpelukan. Aku pikir mungkin saja mereka akan berciuman tapi karena kedatanganku yang mendadak, mereka jadi urung melakukannya."

"Jangan bicara yang aneh-aneh!" Andin yang tak tahan dengan kelakuan dua sahabatnya menegur tak terima.

Semakin curigalah Al melihat betapa alaminya interaksi Andin bersama dengan Rendy dan Jennifer.

Angga yang tidak tahu soal keterikatan hubungan Andin dengan Jennifer dan Rendy pun sama bingungnya seperti Aldebaran.

"Bagaimana kalian bisa saling kenal?" tanya Angga penasaran.

"Kami baru saja saling mengenal. Aku pernah satu kerjaan dengan Jennifer dan sejak dari itu kami berteman." Kata Andin tidak sepenuhnya bohong. Dia tidak memberitahu kebenarannya, bahwa mereka telah lama sekali bersahabat.

Al yang masih merasakan kejanggalan menatap ketiga orang itu dengan pandangan penuh selidik.

Beberapa jam kemudian, Andin diantar oleh Aldebaran pulang ke rumah sang papa.

"Kau tidak mau mampir?" tanya Andin setengah membungkuk agar dia bisa melihat wajah tampan prianya di kursi kemudi.

"Tidak, terima kasih tawarannya. Sudah malam pula. Kau harus istirahat." ujar Al mengingatkan.

"Ya, baiklah. Terima kasih karena sudah mengantar aku pulang. Kau juga, sesampainya di rumah langsung lah istirahat. Selamat malam, Al. Hati-hati di jalan." ucap Andin seraya mengambil langkah mundur dan tak lupa melambaikan tangannya.

"Humm, selamat malam juga, Andini."

Dari balik jendela di lantai tiga, Elsa yang sudah pulang dari Australia mengamati seluruh kejadian dengan ekspresi datar.

Benar kata orang itu, Aldebaran telah kembali ke Indonesia. Dan dia tak menyangka dengan apa yang baru saja dirinya lihat. Andin dan pria itu kembali dekat. Mengapa bisa seperti itu? Bukankah dari berita yang ia dengar, Aldebaran tengah menderita amnesia setelah kecelakaan empat tahun yang lalu?

Lantas mengapa sekarang, meski sudah empat tahun berlalu, meski pria itu telah kehilangan ingatannya pula, kemelekatannya pada Andin masih sama seperti dulu?

Apa yang salah di sini?

Elsa membatin dipenuhi kebencian akan fakta yang tidak bisa dirinya terima.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang