SS2 - BAB 38

208 17 0
                                    

...


"Maafkan papa, Ndin, maafkan papa. Papa benar-benar menyesal. Papa janji tidak akan berbuat semau papa lagi. Tolong, jangan abaikan papa seperti dulu lagi." Pintanya memohon dengan sedih.

"Aku sudah memaafkan papa. Maaf, karena aku butuh waktu lama untuk bisa kembali. Kesalahan di masa lalu papa tak perlu mengungkitnya lagi, biar saja semuanya berlalu. Aku telah merelakannya." ucap Andin seraya menepuk lembut pundak sang ayah.

Andin kemudian duduk di samping ranjang sang ayah. Ia mengupas buah jeruk saat mengetahui ayahnya belum makan apa-apa lagi selain bubur yang beberapa jam lalu telah dimakannya.

"Papa yakin tidak akan sakit perut?" tanyanya seraya menyerahkan buah jeruk yang habis di kupas.

"Tidak apa-apa, suster pun memperbolehkan." kata Surya sambil makan jeruk. Harum dan manisnya buah berwarna oranye itu memenuhi mulutnya yang tadi terasa pahit.

Andin lantas melihat luka sang ayah. Kata mama tirinya, ayahnya baru saja menjalani operasi kecil-kecilan.

"Papa di operasi kan? Mananya yang mengalami cedera parah?" tanya Andin dengan raut kebingungan. Pasalnya, selain kaki kiri yang terdapat perban, dan lecet di wajah, ia tidak menemukan luka yang terlihat mengerikan di mana pun.

Surya hampir tersedak sari jeruk begitu mendengar kalimat Andin. "I-ini ... kaki saja yang dijahit." beritahunya mencicit lemah. Dia tidak bisa melihat mata Andin yang kini tengah menatapnya curiga.

"Kalian bohong padaku?" tebak Andin dengan nada tak percaya namun bantahan dari arah belakangnya menyela kalimat tuduhannya.

"Jangan salahkan papamu, akulah yang patut kau salahkan, Andini."

Andin maupun Surya secara bersamaan menolehkan kepalanya ke sumber suara. Berjalan seorang pria yang tak asing bagi mereka berjalan masuk ke dalam bangsal.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang