SS2 - BAB 76

245 13 5
                                    

.
.
.

"Aku ingin bertanya padamu satu hal."

Al bungkam. Bibirnya terkatup membentuk garis lurus, namun Andin tahu kalau pria ini mendengarkan setiap apa yang ia ucapkan.

"Tatap aku dan katakan kau tidak mencintaiku."

Itu hanyalah permintaan sederhana. Seharusnya tidak sesusah itu untuk mengatakannya tetapi kenyataannya, lidahnya kelu. Tidak mampu memberikan jawaban tidak. Dan seharusnya memang tidak!

Sayang sekali tak seperti hati dan pikirannya yang bertentangan, jauh di dalam lubuk hatinya, ia benar-benar tidak dapat mengatakannya. Seolah ucapan Andin yang menyatakan cinta seumur hidup itu memang benar, bukan kalimat omong kosong belaka yang wanita itu buat untuk membohonginya.

"Aku tidak ingin bertengkar denganmu, Andini. Tolong, pergilah."
.
.

"Jangan terus menerus menentang kesabaranku!" Seru Al di antara gigi dan bibirnya yang mengatup keras. Kedua tangannya terkepal kuat di pinggir jahitan celana.

"Aku sudah kehabisan cara. Sudah kehabisan akal meyakinkan kau bahwa aku memang seistimewa itu bagimu." ujarnya dengan senyum sedih. Di bawah sorot lampu, kedua matanya yang berkaca-kaca tampak berkliau.

"Kumohon...." Al akhirnya menyerah.

Andin mengeraskan tekadnya. Tak dapat dipungkiri kalau dia pun takut. Ia takut ketinggian.

"Batalkan acara pertunangannya, Al." Desak Andin. Ia sadar diri betapa egoisnya permintaannya. Tapi dia harus melakukannya.

Ia tak dapat membayangkan akan sehancur apa hidupnya melihat Al yang ia tahu masih hidup dengan sehat, bergandengan tangan dengan wanita lain. Suatu saat pria itu akan menikah, mempunyai anak, dan itu bukan bersama dengannya. Hanya memikirkan kemungkinan buruk ini, dia merasa hampir gila.

.
.
.

"Aku bisa menerima apa pun kondisimu, Al. Hilangnya ingatanmu, atau kau sakit parah sekali pun, aku dapat menerima situasimu dalam kondisi apa pun. Tapi tidak untuk yang satu ini. Melihat kau bahagia dengan perempuan lain ... aku, sungguh tidak sanggup." ucapnya getir.

Al menarik napas dalam-dalam. Karena sudah seperti ini, tak ada yang bisa dia lakukan untuk meyakinkan Andin dengan kekeraskepalaannya.

.
.
.

Byur!

Al membeku, seluruh tubuhnya berubah dingin kala dia mendengar suara jatuh yang terdengar jelas itu.

"Seseorang jatuh!"

"Seseorang jatuh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang