BAB 11 - BERMULA DI CAFE

219 19 0
                                    

Andin menatap sekeliling pada restoran. Tempat itu telah dihiasi pernak-pernik dan tulisan 'Aniversary' tertempel di bagian dinding.

Nino memundurkan kursi dan membiarkan Andin duduk di sana. Ia memberikan ciuman singkat di pipi kiri Andin dengan raut senang. Sama sekali tidak memerhatikan ekspresi wanita itu yang nampak jijik dan dipenuhi keengganan.

"Merayakan satu pernikahan di siang hari?"

Pria itu terbatuk-batuk, menjawab dengan gugup, "Hari ini aku harus pergi dinas ke luar kota. Penerbangannya malam hari. Sayang, maafkan aku. Aku benar-benar ingin memberimu kejutan menyenangkan di satu tahun pernikahan kita. Tetapi, aku tidak mengantisipasi akan adanya masalah dengan perusahaan cabang. Lain waktu, aku berjanji akan menebus kesalahanku padamu."

Andin mengangguk-anggukkan kepalanya, seraya menarik mundur satu tangannya di atas meja yang digenggam oleh Nino.

Ia kemudian teringat dengan pesan sang papa tadi malam yang mengeluh padanya melalui panggilan telepon.

"Besok, Elsa akan pulang. Papa bersiap ingin menjemputnya tapi katanya ada temannya yang datang menjemput. Padahal papa rindu sekali dengannya."

"Apa dia memberitahu siapa temannya? Mungkin kita bisa menelepon dia untuk membatalkan rencana itu." ujar Andin memberi nasehat.

"Elsa tidak memberitahu. Dia malah buru-buru ingin menutup telepon karena harus beberes dulu." keluh papa Surya lagi.

"Tampaknya sekarang aku tahu siapa teman yang dimaksudnya itu," batin Andin menatap Nino dengan pandangan mati rasa.

..... 🦋🦋🦋

💔💔💔 .....

"Apa kau belum tahu rekan-rekan kantormu memberimu julukan baru? Aldebaran yang gila kerja...." Kata Roy menekankan setiap kalimatnya.

"Bahkan manajermu terpaksa menghubungi kami, mengeluh, menyuarakan ketakutannya perihal kau yang tidak tahu waktu sama sekali untuk bahkan mengambil istirahat. Dia takut kau mati karena terlalu banyak bekerja, Kak. Bisakah kau percaya itu? Bosmu yang terkenal perhitungan itu, menghubungi kami hanya untuk mengeluh salah satu anak buahnya berubah menjadi gila kerja!"

Aldebaran bungkam tapi tatapannya yang kosong menatap pada jari-jari tangannya. Apa yang dapat dibantahkan, bila yang dikatakan sang adik merupakan kebenaran.

"Sekarang katakan padaku, apa sebegitu inginnya kau mati, hingga tidak bisa menjaga kesehatanmu sendiri dengan benar?! Hanya karena patah hati sialan itu?!" Roy berkata marah hingga membuat kedua matanya memerah, merasa sedih untuk kakak laki-laki yang disayanginya.

___

Benar, apakah layak membunuh diri sendiri hanya karena tak tahan sakitnya patah hati?

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang