SS2 - BAB 82. ROSSA & SURYA BERTEMU

101 6 0
                                    

Pertemuan mendadak itu dilakukan pada malam harinya, di sebuah restoran hotel bintang lima milik keluarga.

Sewaktu Surya tiba di lokasi pertemuan, sudah ada Rossa yang menunggu.

"Anda sudah datang. Maaf kalau saya datang terlambat." ucap Surya seraya mengitari pandangan ke sekelilingnya. Untungnya, tempat pertemuan mereka merupakan ruangan privat yang memungkinkan tidak ada orang lain selain para staff yang berkerja.

"Silakan duduk," ucap Rossa mempersilahkan.

"Aku dengar kau mau berbicara denganku? Apa yang mau kau katakan padaku, Surya." imbuh Rossa kemudian.

.
.
.

"Biarkan aku menggantikannya. Itu sama saja kan?" kata Surya.

"Kau sudah gila ya?!" hardik wanita itu marah.

"Yang membunuh anakku itu adalah putrimu, bukan kau! Maka sudah sepantasnya kalau putrimu lah yang mendekam di penjara, bukan dirimu. Aku tidak tahu dari mana asal pemikiranmu yang mau menggantikan anakmu menjadi tersangka!"

"Tidak ada orang tua yang mau melihat anaknya menderita, Rossa." ujar Surya sedih.

"Bagaimana denganku?!" ujar Rossa mulai kesal. "Sebagai orang tua, kau pun pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan anak untuk selama-lamanya. Surya, aku sudah berbaik hati memberi keluarga kalian kesempatan. Tapi, apa yang kau lakukan?"

"Aku---"

"Tidak sepertiku yang tidak dapat lagi melihat anakku yang meninggal itu, kau masih punya kesempatan untuk melihat putrimu walau dia berada di penjara. Apa ini belum cukup buatmu?"

Ucapan Rossa sepenuhnya menghentikan Surya dari menyela. Pria itu tertunduk. Perasaannya terasa sakit dan diliputi kesedihan karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah apa pun terjadi pada putrinya yang bersalah.

Menyadari keterdiaman Surya, Rossa menahan amarahnya yang telah meluap-luap.

"Surya, andai aku mau, aku bisa saja membunuh putrimu itu agar kau tahu apa yang aku rasakan selama ini. Agar kau mengerti rasanya menderita dan tidak mau hidup lagi. Namun aku tidak melakukannya. Bukan karena aku tidak bisa, tapi karena aku masih punya hati nurani untuk tidak melakukan tindakan jahat dan tercela seperti yang telah putrimu lakukan padaku!"

Surya semakin menundukkan kepalanya karena merasa malu. Ia sadar betapa egoisnya dirinya meminta itu pada Rossa. Yang dikatakan oleh Andin benar.

"Dan penderitaan yang sama dirasakan oleh Andin selama ini pun, seharusnya sudah cukup membuat diriku ini mengerti." pikirnya dalam batin.

"Aku minta maaf karena sudah memintamu hal-hal yang tak masuk akal ini, Ros." Surya bersungguh-sungguh meminta maaf atas tindakannya tadi.

Rossa mendengus. "Apa kau membenciku karena perkataanku barusan?"

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang