BAB 19 - KEMARAHAN

217 18 0
                                    

....

"Hati-hati kakimu...." Surya mengingatkan sang putri.

Benar kata Andin, jangankan menggendong putrinya itu, memapah begini saja dia sudah kehabisan napas.

Andin tidak mengatakan pada sang ayah bahwa dengan berjalan begitu saja telah menyeret lukanya. Meski dokter membalut luka itu dan mengeluarkan serpihan kaca yang tertancap, tapi tetap saja luka itu masih baru, dan terasa nyeri.

"Pa...." panggilnya setelah dia di dudukkan di sofa.

"Hum?"

"Jangan katakan apa pun pada Al soal kejadian malam ini."

"Kenapa?"

Andin tidak menjawab cuma menunjukkan senyum memohon saja. Tapi dalam batinnya, ia bergumam "Karena kalau Al sampai tahu, sampai melihat aku jadi begini, mungkin dia akan membunuh Nino. Dan dia tidak mau hal itu terjadi."

Temperamen Al yang keras pada orang-orang yang menyakitinya, ia tahu betul sejak dulu. Maka itu, dia tak pernah membiarkan Aldebaran melihat keadaannya apabila tidak baik-baik saja. Seperti sekarang.

Andin mengamati wajahnya yang nampak pucat dari cermin yang dijadikan hiasan di ruang keluarga. Sudut mulutnya masih terluka. Meskipun pakaian yang dia kenakan kini dapat menutupi kebiadaban Nino padanya, tapi tak menutup kemungkinan Aldebaran dapat menemukan keanehannya yang berusaha ia sembunyikan.

Bagaimanapun, pria itu terlalu jeli.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang