Tiba di lokasi pertemuan. Tempat itu merupakan sebuah hotel mewah, yang mana lokasi dari bar ada di lantai 25 dan 26 di Hotel Hillers. Hotel itu merupakan salah satu properti yang keluarga besar Angga geluti di bidangnya. Sebuah perhotelan yang bisa dijumpai di seluruh kota Jabodetabek.
Al membuka pintu mobil. Dan seorang valet langsung menghampiri pria itu, menyapa dengan ramah. Ketika dia memasuki hotel, tiba di lobi, ia berhenti melangkah. Tak jauh dari pintu masuk, tepat di depan lift, ia melihat Andin sedang bercakap-cakap dengan seorang pria.
Melalui sudut matanya, Al melirik ke samping. Ia mencari keberadaan dua pengawal yang ibunya suruh mengawasi dia. Ingin tahu dimana dua orang itu berada. Saat dia tidak melihat mobil hitam itu serta tidak ada gerak-gerik dari pengawal itu, ia menghampiri Andin.
"Apa aku mengganggu?" Sapanya langsung membuat Andin terkejut.
"Al,"
"Kenapa kau tidak langsung naik ke atas? Bukannya aku bilang kita bertemu di sana?" tanya Al dengan sikap posesif yang bahkan dia pun tak sadari telah melakukannya.
Menyadari sikap Al yang seperti itu, Andin tertegun, tapi hanya sebentar. Karena setelahnya dia mengulum senyum tertahan.
"Rafael, aku pergi duluan. Kalau kau ada waktu besok---"
"Andin, pintu liftnya sudah buka." Sela Al menginterupsi kalimat Andin yang belum selesai. Dia bahkan menggenggam tangan Andin, setengah menyeret wanita itu agar tidak lama-lama berdiri di depan Rafael.
Seolah menyadari tatapan bermusuhan yang dilayangkan oleh Al, Rafael mundur ke belakang.
"Aku akan mengubungimu nanti, Ndin. Aku pergi dulu. Sampai jumpa." katanya berpamitan.
Tanpa menunggu jawaban Andin, Rafael sudah keburu menghilang. Di pintu lift, hanya ada Andin dan Al saja. Pada saat seseorang penghuni hotel mau masuk ke dalam lift itu, Al dengan sopan berbicara pada orang tersebut.
"Sir, bisa tolong biarkan kami duluan yang memakai lift ini? Saya ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan wanita saya. Itupun jika Anda tidak keberatan."
Pria berumur empat puluhan itu menatap keduanya dengan pandangan penuh arti. Seraya terkekeh seolah telah menemukan adegan lucu, pria itu setuju.
"Tentu, silakan pakai dulu liftnya."
Al langsung menarik Andin masuk. Dipegang kuat di pinggang dan hampir menyandarkan seluruh tubuhnya pada Aldebaran, Andin hanya bisa menghela napas pasrah.
"Terima kasih." ucap Al tak lupa kepada pria asing tersebut.
Pintu lift pun tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
Fiksi PenggemarMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...