BAB 27 ---

204 15 0
                                    

"Ayo, Pa, kita ke rumah sakit."

Andin yang mulai tak sabar ingin bertemu dengan Aldebaran mendesak agar sang ayah segera mengantarnya pergi.

"Tunggu, tunggu, tunggu ... kita baru saja sampai. Masa sudah mau pergi? Dan lagi, kau ini harus beristirahat. Tidak boleh kelelahan. Kalau mau bertemu dengan Al, kau bisa pergi besok. Papa yang akan antarkan." tolak Surya tidak setuju permintaan sang putri.

"Tapi, Pa? Aku mau bertemu dengan Al sekarang. Aku ingin melihat langsung bagaimana keadaan Al." kata Andin merajuk.

Nino yang tidak lagi dianggap keberadaannya menatap bolak-balik pada dua orang di depannya. Dalam benaknya dia berdoa supaya Surya kekeuh tidak memperbolehkan Andin mengunjungi Aldebaran.

"Papa tetap tidak mengizinkan. Kau lebih baik istirahat sekarang kalau memang nanti mau bertemu dengan Al. Pergi ke kamar tamu, papa sudah menyuruh mamamu membersihkan kamar itu untuk kau tempati sampai kau sembuh." kata Surya tidak menerima bantahan.

Meskipun Andin merasa kesal atas putusan sang ayah, ia tak punya pilihan selain menuruti titah itu kali ini.

Dengan muka kesalnya, Andin memutar kursi roda, melewati Nino, pergi ke kamar tamu di lantai pertama.

Surya kemudian beralih menatap Nino. Satu alisnya terangkat naik saat pria itu bertanya padanya, "Kau tidak mau pergi? Tidak ada lagi yang perlu kau lakukan di rumah ini bukan?"

"Pa, kau benar-benar ingin melihat aku dan Andin berpisah? Tidak bisakah papa menolongku kali ini?"

"Tidak. Untuk masalah kalian berdua, papa tidak mau ikut campur." ujar Surya menolak untuk menjadi penengah.

"Nino, sebenarnya papa ini tidak mau masalah kalian. Andin tidak menjelaskan secara rinci masalahnya dan hanya memberitahu papa kalau dia ingin berpisah denganmu. Nah, karena kau ada disini, papa ingin bertanya padamu. Katakan pada papa, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian berdua?" Surya menatap tajam pada pria di hadapannya itu.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang