"Bisakah kau beritahu aku alasannya mengapa merasa tertekan?"
"Sibuk dengan pekerjaan. Tuntutan orang tua yang ingin aku segera menikah dan ...."
"Dan...."
Al menjeda ucapannya di sana.
"Dan....?"
"Aku merindukannya. Aku bertemu dengan perempuan yang baru kukenal dan juga tidak. Ucapannya saat bicara padaku selalu aneh. Dan sikapnya juga terlalu natural saat kami sedang bersama. Seolah, memang seperti itulah interaksi kami saat bertemu."
Dokter kemudian terdiam. Mengamati baik-baik ekspresi maupun tindakan yang ditunjukkan pria yang tengah duduk sambil setengah berbaring itu. Beberapa informasi baru diterima dokter itu dan dia mencatatnya baik-baik semua perkataan Al.
"Seperti apa dia?"
"Ceria. Agresif. Cantik... berada di dekatnya membuatku nyaman."
"Jadi itulah mengapa kau bilang merindukannya? Kau bisa saja menemuinya bukan?"
"Dia berada jauh."
Deg!
Dokter wanita itu berkeringat dingin. Dalam benak berpikir, apakah orang itu sudah meninggal? Namun kemudian tebakannya salah saat Al kembali memberitahu bahwa mereka tinggal di kota yang berbeda.
"Sudahkah kau coba menghubunginya?"
Al tidak menjawab dan sebagai gantinya dia menggelengkan kepalanya.
"Mengapa? Bukannya kau bilang kau merindukannya? Karena kalian berjauhan, dan kau juga sibuk dengan kegiatanmu, kau dapat menghubunginya. Kenapa kau tidak melakukannya?"
Butuh beberapa saat bagi dokter itu dapat mendengar jawaban dari Al.
"Aku takut dia tahu kalau aku berbohong."
"Berbohong?" tanya dokter itu dengan alis mengernyit.
"Ya. Aku tidak bisa menghubunginya sekarang dikarenakan masalah perjodohan. Kalau aku bersikeras meneleponnya disaat aku sedang gundah, dia mungkin akan tahu aku menyembunyikan sesuatu darinya. Karena sepertinya dia mengenalku dengan sangat baik."
"Itu hanya asumsimu saja. Kau perlu mencobanya langsung untuk tahu apakah tebakanmu benar atau tidak." Dokter itu memberi saran.
"Aku tidak berani. Kalau nanti aku ditanya, aku harus jawab apa padanya."
"Mengaku saja. Apakah memang sesulit itu?"
Al bungkam. Sampai dokter mengira pria itu tidak lagi mau melanjutkan sesi itu, jawaban mengejutkan terdengar kemudian.
"Aku tidak mau menyakitinya."
Ini adalah perkataan jujurnya yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Bahkan dalam alam bawah sadarnya pun, Al tahu menyakiti Andin adalah hal terakhir yang tak mungkin bisa dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
FanficMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...