SS2 - BAB 34

294 22 0
                                    

🦋🦋🦋

Sejak dia menghentikan konseling rutin dengan psikiater yang dipekerjakan sang ibu, kepalanya bertambah sakit dan kenangan-kenangan buram yang tak dikenal muncul ke permukaan.

Kadang-kadang, dia seperti mendengar suara tawa seorang perempuan. Atau apabila dia sedang tidur, muncul pula sosok wanita yang dirinya tak ingat pernah bertemu. Keanehan ini, dia belum memberitahu siapa pun, terlebih pada dokter pribadinya.

Dia jadi berpikir, keanehan yang terjadi selalu berkaitan dengan rencana kepergiannya ke Indonesia setiap tahun. Demi mengingat kematian Roy, dia dan sang mama memiliki kunjungan rutin setiap tahun sekali ke Indonesia. Itu dilakukan tak lain hanya untuk berkunjung ke makam saja.

Waktu kunjungan paling-paling tak lebih dari dua hari dan setelah selesai, mereka akan kembali ke Amerika. Dia tak punya kesempatan untuk pergi kemana-mana selama di Indonesia walau kata sepupunya; Sal, Roy memiliki bisnis bar dan KTV.

Untuk sekadar melihat tempat bisnis sang adik, mamanya perlu menggunakan bodyguard untuk menemani dia dan itulah yang tidak dia suka. Dia sudah dewasa, pergi kemana-mana dengan pengawal terlalu memalukan dan risih. Jadi ia pun memilih lebih baik tak perlu keluar saja.

Aldebaran duduk setengah jam lamanya di kamar Roy, saat dia keluar dan ingin pergi ke kamarnya sendiri, dia berpapasan dengan sang ibu di tangga.

"Al, bukannya kau bilang mau istirahat?" Rossa berjalan mendekat.

"Ini mau istirahat. Apa yang mama lakukan di sini? Om Irvan sudah pulang?"

"Aku ingin melihatmu, dan ya Irvan sudah pergi. Katanya ada yang perlu dia urus sebelum kau cuti dari kantor."

"Apa nanti kita hanya tinggal di sana dua hari seperti biasa?" tanya Al basa-basi meski dia tau jawabannya.

"Ya, kenapa? Memangnya ada yang mau kau lakukan di sana?" Rossa kembali bertanya dengan antisipasi. Entah mengapa putranya itu malah bertanya begini. Ia jadi takut putranya ini teringat sesuatu.

"Bolehkah aku pergi mengecek bisnis mendiang adikku? Sal bilang aku perlu datang untuk melihat."

"Apakah Felicia tidak memberitahumu perkembangan bisnis adikmu? Lagi pula itu hanya bisnis main-main yang dikelola adikmu saat masih hidup. Karena Irvan menolak mama menjualnya, mama terpaksa mempertahankan bisnis itu meski sangat menentang."

"Bisakah aku mengambil alih?"

Kedua orang itu saling menatap satu sama lain. Aldebaran nampak serius dengan ucapannya kali ini yang mana membuat Rossa ketar-ketir. Apabila dia menyerahkan bisnis Roy untuk ditangani Aldebaran, itu berarti putranya mau menetap di Indonesia.

Tapi mengapa? Bukankah selama ini semuanya baik-baik saja dan sudah kembali ke jalur yang tepat?

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang