Andin bergegas masuk ke dalam cafe, langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia tidak mengindahkan panggilan Mirna yang mungkin cemas setelah melihat raut pucatnya.
Ia mengambil ponselnya di atas nakas. Dalam pikirannya hanya ada satu orang yang dia pikirkan sekarang. Aldebaran.
.
.
."Andin, papa mendengar kabarnya juga lewat berita."
Dua hari?
Dan dia tidak tahu apa-apa soal ini?
Pikiran Andin jadi kosong seketika. Visinya berubah kabur seolah kegelapan telah menutupi seluruh pandangannya.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Bukankah pria itu telah berjanji akan datang padanya?
Lalu arti janjinya itu apa?
Datang kepadanya dan juga di sisi sana bertunangan dengan wanita lain?
Apakah Al memang telah berubah sebanyak ini? Pria itu, apakah sudah berubah jadi pria sebrengsek ini?
.
.
.Al membuka pesan yang berasal dari wanita itu. Membaca pesan Andin satu persatu.
Beberapa pesan itu ia balas satu persatu sampai kemudian tangannya terhenti pada pesan suara yang baru masuk tadi siang.
Al mendekatkan ponselnya ke telinga dan suara serak seorang wanita terdengar di tempat yang hening.
"Aku mendengar berita itu. Aku menghubungimu hanya untuk memastikan ... apakah berita itu benar?"
"Tolong jawab pesanku."
"Aku mohon."
Bagaimana mengakuinya?
Perasaannya yang kini terasa sesak dan tak nyaman ini. Alasan dibalik keanehan yang dia alami belakangan ini, sakit hati itu, dan bahkan mimpi-mimpi yang tak dikenalinya itu, bagaimana dia mendeskripsikannya? Bagaimana dia mengatakannya pada Andin?
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
Hayran KurguMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...