SS2 - BAB 43

178 18 0
                                    

___

"Berapa lama?"

"Ya?"

"Berapa lama lagi aku harus menunggumu kembali ke sini? Apakah empat tahun masih belum cukup untuk menghukumku?"

"Empat tahun? Apa maksudmu?"

Aldebaran merasa Andin jadi aneh. Wanita yang tadinya nampak ceria tiba-tiba saja jadi berubah memiliki ekspresi sedih yang begitu kentara.

"Untuk bisa bertemu denganmu, aku menunggu empat tahun lamanya. Jadi, katakan padaku, setelah kau pergi nanti, aku harus menunggumu berapa lama lagi?" Andin bertanya dengan suara serak, dengan sepasang mata berkaca-kaca, siap menangis.

"Andin, semakin kau bicara panjang lebar dan asing buatku, semakin aku tidak mengerti dirimu. Mengapa kedengarannya, kau begitu bergantung padaku? Kau tak lupa kalau kita ini hanya orang asing yang baru saja bertemu?"

"Aku temanmu." Seru Andin kembali mengingatkan.

"Aku tak ingat punya teman seperti kau. Dalam ingatanku, tidak ada sedikitpun memori tentangmu."

Kata-katanya ini sungguh menohok, menyakiti Andin secara langsung menusuk jantungnya. Kalimat bantahannya yang tadi siap di katakan, kembali tertelan akibat ketidakberdayaan dan rasa frustasinya.

Tak punya apa-apa lagi untuk dikatakan, Andin menundukkan kepala. Kedua tangannya secara sembarang mengelap air mata yang tanpa henti mulai jatuh di pipi dan jatuh menetes ke atas roknya.

Bayang-bayang seseorang yang mendekat, membuat Andin tahu siapa itu. Namun meski Al telah datang mendekat padanya, sampai berlutut juga hanya untuk melihatnya menangis, ia tidak sedikitpun mau menatap pria itu balik.

"Bukannya sudah kubilang padamu waktu itu, jangan menangis lagi. Apa kau memang secengeng ini? Kenapa setiap kali bertemu denganku, kau selalu menumpahkan air mata. Lihat, sekarang, beberapa orang sampai menatapku dengan pandangan menuduh seolah aku sudah berbuat yang tidak-tidak padamu."

Berbanding terbalik dengan omelannya, tangan Aldebaran tatkala membantu menghapus air mata Andin begitu lembut terasa. Sampai Andin jadi semakin terisak-isak akibat perasaan campur aduk yang kini membebat hatinya.

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang