Di tempat lain, Aldebaran baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang pria itu akan masuk ke dalam lift. "Tunggu sebentar, kau mungkin tak akan mendengar suaraku dengan jelas." ucapnya pada Andin agar menunggu dirinya keluar dari lift.
Sesampainya dia di lobi, dia menyapa singkat teman-teman kantornya yang ternyata masih ada di perusahaan. Hari ini kantor sedang lembur. Waktu sudah menunjukkan pukul enam saat dia berdiri di dekat pos satpam.
"Aku sudah pulang, hanya menunggu Roy saja untuk menjemput." katanya seraya tatapannya terarah ke depan, di mana cafe tempatnya nongkrong sudah ramai dipadati pengunjung.
"Apa setiap hari kau meminta adikmu untuk menjemput?"
Aldebaran menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku malah tidak setuju kalau dia datang untuk menjemputku. Cuma kebetulan saja malam ini kami berencana akan pergi mengunjungi lokasi bisnis barunya yang baru dibuka. Aku awalnya ingin mengajakmu, tapi takut kau tak akan mau."
"Untungnya kau tidak bertanya," balas Andin kini melihat ke arah jam di dinding, "Papa tidak memperbolehkan aku pergi kemana-mana sampai kami resmi bercerai. Al, aku tutup dulu teleponnya, waktu makan malam hampir tiba. Aku hubungi kau nanti kalau sedang tidak sibuk."
"Yah, baiklah. Aku juga harus pergi sekarang. Aku sepertinya dapat melihat mboil adikku dari kejauhan."
....
"Lalu kenapa? Adalah salahnya karena dia bersama dengan adiknya sekarang. Kalau kau dapat melenyapkan si Al brengsek itu, maka aku akan berterima kasih padamu! Aku begitu membenci pria itu! Bagus kalau dia jadi ikutan mati, dengan begitu kakak tiriku tersayang itu tak akan punya lagi siapa-siapa yang dapat menjaganya!" ujarnya di penuhi kebencian.
Andin membuka pintu kamar Elsa hingga menjeblak terbuka.
Brak!
Sepasang mata Andin berubah merah, seluruh tubuhnya bergetar parah, bahkan suara napasnya pun terdengar susah payah saat dia menatap pada Elsa dengan raut tak percayanya.
"S-Siapa yang kau sebut barusan?" Andin tidak menyadari betapa dingin seluruh tubuhnya dia rasakan begitu mendengar satu nama itu keluar dari mulut sang adik.
Bagus kalau si Al itu ikutan mati juga! Bagaimanapun, aku sangat membencinya!
Seolah-olah ungkapan kebencian yang keluar dari mulut Elsa terus tertinggal dalam pendengarannya.
"Apakah itu Al-ku?" tanyanya lagi seraya berjalan dengan tatapan kosongnya.
.....
Seakan takdir senang sekali mempermainkan hidup mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
FanfictionMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...