SS2 - BAB 80

257 14 4
                                    

"Bagaimana denganmu?"

"Ada apa denganku?" tanya Andin tak mengerti.

"Setelah membuat keributan besar ini, apa yang akan kau lakukan untuk menebusnya?"

"Lalu, apa maumu? Katakan, apa yang sebenarnya kau mau untuk penebusan itu?" tantang Andin dengan mimik muka serius.

"Teruslah berada di sisiku mulai sekarang."

***

Di sebuah diskotik, hentakan musik Dj terdengar keras hingga terasa mau memecahkan gendang telinga.

Di mini barnya, duduk di kursi tinggi itu seorang wanita cantik yang kelihatan setengah mabuk setelah menjejalkan mulutnya dengan alkohol.

"Maaf aku terlambat."

Suara seorang pria terdengar menginterupsi. Dan tepukan di bahu setengah telanjangnya membuat wanita itu berbalik untuk melihat ke arah sumber suara.

"Kau yakin ingin bicara di sini?"

Elsa mengangkat wajahnya. Kedua matanya juling saat dia menatap wajah tampan pria itu. Andai pria ini tidak suka dengan kakaknya, dia mau-mau saja menarik pria tampan ini tidur dengannya. Sayangnya, ketertarikannya terhadap kakaknya membuat lelaki bajingan ini menutup diri dari wanita lain.

Alasannya sederhana sekali, kakak tirinya itu terlalu bersih. Jika dia sesuka hati bermain wanita, bukankah artinya dia akan ternoda oleh wanita-wanita itu?

Ketika Elsa mendengar alasan absurd itu, ia berkomentar sinis dalam hatinya. Bersih? Heh! Entah pria ini bodoh atau tidak, pria ini terus berpegang teguh pada penilain absurdnya. Jelas-jelas Andin sudah pernah ternoda oleh mantan suaminya, pun mungkin juga secara diam-diam sudah tidur ratusan kali dengan sahabat brengseknya itu. Dibalik wajah polos kakaknya itu, bisa saja kan tersembunyi sifat jalang seorang pelacur!

Diam-diam, Elsa mengasihaninya yang menurutnya bodoh.

.
.
.

"Kenapa dengan Andin?" tanya pria itu balik dengan senyum seringai.

"Kau... bukannya kau bilang kau mencintai kakakku?"

Masih dengan ekspresi linglung, Elsa kemudian berbicara, "Lalu, kenapa kau menjebak papaku untuk berhutang padamu? Kalau bukan karena Andin, lalu untuk apa itu?"

Inilah yang dia tidak mengerti. Setelah mendengar alasan pria ini barusan, lalu untuk apa kiranya dia menargetkan bisnis ayahnya hingga sang ayah berhutang banyak padanya?

"Kau ingin tahu alasannya?"

"Ya,"

.
.
.

Cahaya remang lampu diskotik nyatanya tak dapat menyembunyikan keganasannya dari dilihat oleh Elsa. Apalagi saat kedua mata itu menatap tajam ke arahnya, merinding langsung menderanya di sekujur tubuh. Pria ini benar-benar menakutkan.

"Andai bukan karena balas budi, kau pun tak luput dari pembalasan dendamku untuk Andin. Tapi sekarang setidaknya kita impas. Kau pernah membantuku, aku juga sudah membalasnya untukmu."

"Tapi... bagaimana?"

KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang