.
.
."Duduk dengan anteng selagi aku mengeringkan rambutmu." ucapnya terdengar tegas.
Tak berdaya, Al menurut. Ia menundukkan kepala selagi tangan Andin menyela-nyela rambut pendeknya yang tebal dan halus.
Andin mematikan hairdryer, meletakkannya di atas meja lalu memegang pundak Al saat dia bertanya melalui cermin di depannya untuk makan malam mereka. "Kau mau makan apa?"
"Mau makan di luar? Aku belum memanggil bibi datang lagi agar menyiapkan aku makan malam." Beritahu Al saat dia mengingat-ingat kalau dia tadi tidak memberitahu bibi pembantunya agar menyiapkan dia makan malam. Jika dia tidak meminta untuk disiapkan, maka bibi pembantunya tidak akan memasak.
"Aku yang akan memasak untukmu. Pasti ada bahan makanan di dapur kan?"
Al mengangkat bahu tak tahu. "Coba saja kita lihat di bawah. Kalau nanti tidak ada bahan masakan, kita bisa membeli makanannya di luar atau kalau kau lelah pergi ke luar, aku akan memesan saja."
Dia tidak mau membuat Andin kelelahan daripada ini. Dia sudah berterima kasih karena Andin mau membantunya sekarang.
Namun bertentangan dengan kekhawatirannya, Andin justru berpikir sebaliknya. Sudah lama sekali dia memimpikan momen ini. Memasak untuk Al dan makan bersama setelahnya.
"Ayo kita lihat dulu. Kalau memang tidak ada bahan, kita bisa pergi ke supermarket terdekat. Seharusnya tidak akan memakan waktu lama sampai makan malam tiba." kata Andin tak mau menyia-nyiakan kesempatan.
Dia ingin pamer atas skill memasaknya setelah akhirnya dia belajar dengan keras selama tinggal di Manado. Kalau tidak sekarang, kapan lagi dia bisa membuat Al terpikat padanya?
Bagus kalau setelah Al menjajal masakannya, dan menyukainya, pria ini jadi semakin tak bisa berpaling darinya. Untuk menarik perhatian Al lebih, dia harus memuaskan perut prianya dulu.
__
Next bab, kita jalan-jalan ketemu ayah mertua. Sekalian nostalgia kedekatan mereka sebelum Al amnesia. Tunggu dengan sabar ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN SEORANG WANITA (TAMAT)
FanfictionMendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Andin merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Aldebaran - sahabat tersayangnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melep...