Josh Michael memandang takjub ke luar jendela pesawat saat mereka mendarat mulus di Bandara Incheon pukul delapan pagi ini. Josh yang tidak pernah bepergian lebih jauh dari taman dekat rumah, sejak berangkat terus meracau tentang tv di kursi yang bisa memutar film-film kartun kesukaannya, awan yang berarak, guncangan pelan saat pesawat mengalami turbulensi, bahkan pria paruh baya di jajaran sebelah yang menggunakan kemeja warna warni juga berbagai macam perhiasan di jari juga dia komentari sambil berbisik-bisik seperti tukang gosip. Michael tidak menanggapi semua itu dengan antusiasme yang sama, sehingga Josh lebih sering berbicara pada David yang selalu menjawab setiap pertanyaannya dengan sabar.
Di kursi yang Michael duduki, bahkan setelah sabuk pengaman dilepas atas peringatan pramugari, Michael masih saja merasakan mual akibat gugup. Telapak tangannya berkeringat, juga ketidaksiapan di hatinya yang seperti balon. Setiap detik semakin besar tapi dia tidak tahu kapan tepatnya akan meledak.
"Aku ke toilet sebentar," kata Michael pada David yang langsung mendongak melihatnya bangkit.
"Jangan terlalu lama, kita akan turun."
Kaki Michael terasa lemas saat melewati lorong pesawat. Dia menatap beberapa orang sudah sibuk merapikan barang-barang mereka, mengeluarkan tas-tas dari bagasi atas dan kelihatan tidak sabar menunggu pesawat benar-benar berhenti. Di toilet berukuran kecil itu, Michael hanya diam menatap pantulan wajahnya dari cermin yang disinari lampu neon putih.
Michael terlihat pucat dan seperti orang belum makan berhari-hari karena bibirnya begitu kering. Kehangatan di wajah itupun bahkan tak lagi terlihat semenjak beberapa kali dia mencoba tidur tapi gagal karena selalu terbangun oleh guncangan tangan Jason saat meminta Michael menemaninya makan atau buang air.
Astaga bagaimana bisa aku kembali ke Seoul dengan keadaan seperti ini setelah hampir sepuluh tahun aku tidak pernah pulang?
Aku tidak tahu apa yang nanti harus aku lakukan untuk menghadapi orang-orang yang mungkin sebenarnya lebih senang mengira aku sudah mati. Aku sungguh tidak siap.
Entah di jam ke berapa saat Michael masuk ke toilet selama penerbangan berlangsung, muncul keputusan untuk membunuh dirinya dalam otak pemuda itu. Pemikiran yang kerap menggerus kewarasan Michael seperti luapan air dalam ember yang selama ini selalu berusaha dia tutup rapat. Sekarang tetesannya mulai merembes, mendorong-dorong keluar dari akal sehat dan meyakinkan Michael bahwa itu adalah jalan terbaik agar dia tidak perlu bertemu dengan appa.
"Kau baik-baik saja?" tanya David saat Michael kembali ke kursi dan mengambil tas.
"Iya, aku hanya kurang tidur."
David ikut berdiri. Dia menggendong ranselnya dan meraihtravel bag di tangan Michael untuk dibawakan.
"Thanks, Dave."
"Kita sudah berada di Korea dan kau masih memanggilku dengan nama itu, Kim Youngjo?" tanya David sambil tersenyum sinis. "Aku tidak yakin siapa nanti yang akan bersandiwara lebih buruk, tapi kelihatannya bukan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
VERSELUFT || RAVN 🔞
Fiksi PenggemarRavn berhak dicintai lebih luas dari Universe. Ravn berhak memiliki galaksinya sendiri untuk menjalani berbagai macam cerita yang lebih luas dari semesta.. Ravn dan Kim Youngjo adalah dua karakter berbeda. Semua bisa menyatu dalam setiap cerita. T...