"Lili! Liliana!" geram Haidar kesal saat melihat layar laptopnya berubah jadi gambar banteng dengan backround merah.
Bukan soal itu saja yang membuat Haidar marah, tapi karena kelancangan Lili yang memainkan laptopnya.
"Siapa suruh ga mau diajak kerja sama. Kita itu sama-sama PJ matkul tahu!" Lili menjulurkan lidah lalu pergi dari kelas, mumpung dosennya belum datang.
Haidar hanya bisa menatap Lili dengan penuh ketidak sukaan. Dia tidak suka perempuan macam Lili yang polos-polos bodoh dan seenaknya itu. Sungguh bocah, padahal mereka sudah anak kuliahan bukan SMP atau SMA.
Kenapa juga semua orang setuju Lili jadi PJ? Dan juga kenapa menunjuk dirinya juga tanpa persetujuan?
Haidar menoleh pada Riky. "Lo tahu kenapa Lili jadi penanggung jawab mata kuliah?" tanyanya.
Riky menatap Haidar agak cengo. Laki-laki dingin tak tersentuh itu kini bertanya padanya jelas sesuatu yang tak biasa.
Riky menelan ludah. Mungkin ini kesempatan dia bisa menjadi teman Haidar. "Dia nyalonin, hanya dia. Ga ada pilihan lain." jawabnya.
Haidar melirik kesetiap penjuru kelas. Kelasnya ini memang berisi manusia-manusia yang tidak niat kuliah. Hanya sibuk berdandan dan gosip.
"Terus kenapa gue diikut sertain?"
Riky menghela nafas panjang. "Soal itu karena sebenernya kita ga terlalu percaya sama Lili. Diakan masih bocah, makanya kita semua diskusi di grup kelas, kalau lo lebih cocok sebenernya, tapi kasihan Lili nyalonin. Lo selalu serius belajar, lo tegas, dewasa, jadi kelas kita aman." terangnya.
Haidar tidak percaya mendengar alasan yang terdengar bodoh itu. Kalau tidak percaya kenapa setuju pada Lili? Oh iya, karena tidak ada yang mau. Hanya Lili yang mau.
Sudahlah. Haidar pasrah saja. Semoga dia cepat lulus dan lebih dulu lulus.
***
"Ayolah, kerjain! Dosen udah terror di grup matkulnya!" Lili terlihat frustasi. Teman-temannya itu kenapa lelet sih dalam mengerjakan tugas.
"Bentar lagi aja, gue tanggung lagi pasang soflen, Li!" sebal Yuka.
"Makalah itu bukan soal tanya jawab loh, Yuka!" gemas Lili.
"Ntar gue sewa jasa anak kelas sebelah, makalah beres!" balas Yuka dengan santai, masih sibuk berdandan.
Lili menggelengkan kepala. Yuka benar-benar terpaksa kuliah di sini. Hanya demi sebuah gelar.
Lili berpindah pada Tantan, si gembul yang hobinya main games. Ini dia yang paling sulit, saking fokus Lili selalu diabaikan.
"Kalian tuh udah kuliah, gue berasa jadi mama yang banyak anaknya kalau gini," keluh Lili sebelum duduk di samping Tantan.
"Tugas dah belom? Dosennya udah kasih waktu tenggang loh, Tan."
Tantan tidak menggubris, bahkan mendengar pun tidak mungkin. Saking fokus dengan game perang yang membuat Lili pusing melihatnya.
"Gue ga mau tahu, besok udah beres semua." lirihnya lesu, dia kembali beranjak. Pasrah saja. Dia menyesal mengajukan diri kalau begini.
Dia pikir tugasnya akan mudah, dekat juga dengan dosen menjadi bonus. Ternyata sulit. Apalagi kalau dapat nilai besar, langsung dijulidin. Katanya deket dosen jadi dapat nilai besar. Padahal itu hasil perjuangannya. Hiks..
Haidar melirik Lili lewat ujung matanya saat Lili duduk di sampingnya dengan lunglai.
"Nasib gini amat," gumam Lili. "Lo pasti udahkan tugas?" tanyanya lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love (TAMAT)
Romancekisah Liliana Dan Haidar. Si tom and Jerry yang terlibat malam panas akibat jebakan seseorang. Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Yuk ikuti kisahnya :)