20. Dua Anak Dan Bikini

43.5K 2.4K 40
                                    

Yuka melirik Lili yang tampak kegerahan, rambutnya di gerai sih. Sudah tahu sedang musim panas. Mereka juga tengah di pinggir pantai.

"Ga bawa iketan, Li?" tanya Yuka.

Lili menoleh agak mengernyit sekilas. "Gimana?" tanyanya memastikan.

"Lo ga bawa iket rambut? Sampe basah gitu poni lo," jawab Yuka.

Lili refleks menyentuh rambut, memastikan rambutnya menutup leher. Semua gara-gara Haidar! Awas saja!

"Ah ga usah, gini aja." tolak Lili dengan cengiran.

"Gue bawa banyak kok, tenang aja," kalem Yuka.

"Ga usah beneran, gue ga gerah kok," bohongnya.

Yuka memicing. "Ga gerah gimana, lo gelisah, lo kipas-kipas pake bungkus bekas apa itu? Coklat? Bohong banget, apa jangan-jangan-" Yuka dengan jahil mengibaskan rambut Lili dan melihat lehernya.

Lili buru-buru menutupnya lagi namun sayang, Yuka sudah tahu. Ada beberapa jejak merah di sana.

"Bekasnya Haidar?" bisik Yuka heboh sendiri. "Kalian hubungan badan? Serius? Musuhan kayak kalian bisa?" cerocosnya.

Lili menggaruk rambutnya salah tingkah. "Privasi," balasnya.

"Wah, kalian beneran nikah ternyata," ceplos Yuka dengan rasa masih tak percaya bahwa mereka menikah benar-benar menjalankan peran masing-masing.

Sebagai suami dan istri.

"Lah, lo kira pernikahan seheboh itu main-main! Ada-ada aja lo!" balas Lili walau sebenarnya dia juga merasakan apa yang Yuka rasakan pada awalnya.

"Gue kira karena bisnis, atau karena malam itu lo hamil atau sebagai tanggung jawab doang, kaliankan ga akur jadi agak gimana ya, sukar buat gue percaya kalau Haidar bisa ninggalin jejak kayak gitu di leher lo," bisik Yuka.

Lili balas membisik. "Semenjak nikah, Haidar emang masih ngeselin tapi makin ke sini makin adem sih walau debat sesekali ada, wajarkan beda pendapat," lalu melirik sekilas Haidar yang fokus dengan makanan.

"Ah masa? Kok kalau di kelas tetep kayak musuhan?" heran Yuka.

"Mungkin karena gengsi? Kita malu juga mungkin kalau tiba-tiba akur, rasanya tuh canggung." kekeh Lili.

"Lo makan,"

Lili dan Yuka mendongak pada Haidar yang mengangsurkan beberapa buah.

"Gue kenyang," Haidar pun melanjutkan langkahnya. "Gue ke kamar duluan," pamitnya tanpa berhenti melangkah.

***

Lili masuk ke dalam kamar hotel itu. "Yuka sama Bram lagi deket ya? Lo tahu?" tanyanya pada Haidar yang kini tengah rebahan santai memainkan ponsel.

"Hm."

"Sejak kapan?" Lili loncak dan duduk bersila di samping Haidar yang sedang bersandar.

"Lupa," jawab Haidar acuh bahkan tanpa menatap Lili.

Lili mengikat rambutnya. "Yuka curiga kenapa gue di gerai sampai banjir keringet, dia ga sengaja liat jejak lo, lain kali jangan jahil!" kesal Lili.

Haidar mengalihkan pandangan, menatap Lili. "Wajar kali, lo udah punya suami," komentarnya kepalang santai.

"Ya tapikan," Lili menghela nafas. "Akhirnya ga gerah," serunya lega.

Haidar memanjangkan lengannya, jemarinya mengusap jejak di leher Lili. "Lo tahu? Ada yang suka sama lo di kelas," ujarnya dengan masih menatap jejak itu.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang