25. Keseharian Bumil Yang Mulai Bucin

36.7K 2.2K 14
                                    

      Seharian ini Lili memilih tidak kemana-mana, beruntungnya kuliah masih libur. Lili hanya rebahan di sofa ruang tengah, menunggu Haidar pulang dari pekerjaan paruh waktunya.

"Hebat banget mau kerja, padahal uang masih banyak di rekening," gumam Lili seraya mengusap perutnya yang belum membuncit besar.

Lili meraih remot televisi dan mulai memilih acara lain. Lili terlihat menikmati aktivitasnya sampai tidak terasa dia ketiduran cukup lama.

Haidar pun pulang. Agak heran saat masuk lampu masih padam, hanya cahaya televisi yang terbias di ruang tengah.

Haidar menyalakan lampu hanya satu, tidak sampai terang yang penting bisa melihat. Dan takutnya membangunkan Lili yang mungkin sedang tidur.

Dan pemikirannya benar. Lili tengah terlelap pulas. Lilikan tidak bisa tidur dan akan terbangun jika cahaya lampu terang.

"Ck! Tidur di sofa!" gumamnya lalu melepas jaket dan menghampiri Lili. "Bangun! Pindah ke kamar," Haidar terdengar tidak suka.

Lili menggeliat. "Hm, bawa makanan ga?" tanyanya dengan suara serak dan mata masih sayu, berat oleh kantuk.

Haidar bergumam. "Gimana hari ini? Masih mual?" tanyanya terkesan acuh, sibuk membuka paper bag.

Lili menggeliat, menguap lalu duduk dan barulah menjawab. "Ga parah, obatnya nolong." jawab Lili dengan mata sudah liar ke makanan.

Kata dokter nafsu makan akan turun, tapi kok Lili tidak? Dia ingin makan ini itu walau pada akhirnya kembali di muntahkan.

Haidar tidak merespon. Bagus kalau tidak mual. 

"Lo kerjanya gimana?" Lili menyeka noda di pipi Haidar.

Haidar menoleh sekilas. "Ya gitu, ga ada yang spesial," jawabnya malas agak terdengar lelah.

Lili tidak merespon, dia terlalu tergiur oleh makanan yang begitu merah entah saos, sambal atau bumbu.

"Sesuai pesenankan?"

Lili mengangguk cepat. "Stop! Kok malah di taburin sayurannya! Gue ga suka!" Lili hampir menjerit marah.

"Sayur itu penting!"

"Gue ga suka!"

"Harus suka!"

"Gue ga suka!"

"Ha—"

"GA SUKA!" teriak Lili.

Haidar berdecak dengan agak melotot pada Lili. Sungguh keras kepala dan juga kenapa harus berteriak yang terdengar seperti membentak!

"APA?!" tantang Lili tak kenal takut.

"Yaudah terserah!" Haidar urung menaburkan semua sayuran.

***

Haidar asyik makan, membiarkan Lili beranjak entah akan kemana. Padahal makanannya baru habis setengah.

Haidar meraih remot dan mulai memilih acara yang lebih seru. Acara-acara di youtube sepertinya lebih seru.

"AWW! PANAS!"

Haidar sontak menoleh cepat, berdiri tak kalah cepat bahkan melempar remot asal. "Kenapa?" tanyanya.

"Kaki gue," Lili meringis. "Mau air anget malah ketumpahan air panasnya," terang Lili pada Haidar yang kini berjongkok mengamati kakinya.

"Ceroboh! Kenapa lo ga minta sama gue aja?!" omel Haidar lalu menggendong Lili tanpa aba-aba, membuat Lili hampir saja menjerit.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang