53. Sumber Kebahagiaan

26K 1.3K 20
                                    

       Lili bersiap dengan menggunakan pakaian batik modern yang senada dengan batik yang di pakai Haidar maupun Fathian. Hari ini mereka akan menghadiri pernikahan dari adiknya Haidar, siapa lagi kalau bukan Hafin.

Pernikahan Hafin di adakan hanya keluarga inti dan beberapa kolega penting saja. Semua tamu undangan benar-benar orang yang spesial.

Haidar memasang jam tangan mahal itu dengan wajah tidak bersahabat. Dia tidak bahagia adiknya menikah.

Apalagi pernikahannya karena di paksa oleh Hengki. Dan lebih tidak setuju lagi karena yang di nikahkan dengan Hafin itu Nabila.

Hanya demi menyatukan dua perusahaan besar Hafin yang harus di korbankan. Haidar sangat membenci itu namun tidak bisa berbuat banyak saat Hafin lagi-lagi mengalah hanya demi keluarga.

Keluarga yang hancur menurut Haidar.

"Sayang," Lili membelai rahang Haidar.

Haidar memalingkan wajahnya. Dia bisa saja menjadi lemah dan menangis jika di perlakukan begitu oleh Lili.

Haidar sedang tidak baik-baik saja.

"Jangan dateng kalau bikin kamu ga nyaman dan sakit hati. Nanti Hafin ikut sedih, merasa pengorbanannya melukai banyak orang,"

"Justru itu yang aku mau!" Haidar mengatur nafasnya yang memburu karena emosi yang terus dia telan.

Kenapa keluarganya begitu egois. Kenapa keluarganya begitu kacau. Haidar tidak ingin di lahirkan di keluarganya itu.

"Harusnya Hafin ga bertindak kayak gitu! Dia harus lebih menyanyangi—" Haidar menjatuhkan keningnya ke bahu Lili. Dia melepas tangisnya di sana.

Dia pikir semuanya sudah berakhir. Tapi nyatanya penderitaan semua berpindah pada Hafin yang sekaligus melukainya juga sebagai kakak yang tidak becus.

Lili menatap langit-langit, mencoba menahan tangisannya. Tak lupa dia usap punggung Haidar yang bergetar.

"Hafin pasti bahagia, kamu juga gitukan." Dia usap rambut Haidar. "Ga ada hidup yang berjalan mulus, Haidar." bisiknya.

***

Lili melirik Haidar yang memasang wajah dingin tak tersentuh. Rasanya Lili melihat Haidarnya yang dulu.

Lili mengusap jemari Haidar yang ada di pangkuannya. Haidar pun menoleh dan tersenyum tipis.

"Makan, abis itu kita pulang." bisik Lili lembut nan menenangkan.

Haidar pun menurutinya. Memakan hidangan seadanya dengan sesekali melirik Hafin dan Nabila yang sudah resmi menjadi suami istri itu.

Keduanya terlihat bahagia. Sungguh pura-pura yang hebat.

Haidar berhenti. "Aku kenyang, sayang." ucapnya setelah menyimpan sendok dan garpu.

Lili melirik makanan Haidar yang di makan sedikit itu, dia mencoba maklum. "Kalau gitu minum, aku juga kayaknya udah deh, agak mual," bisiknya.

Haidar meraih segelas air putih dan meminumnya sedikit.

"Fathian aku bawa dulu," Haidar beranjak, dia ingin segera membawa Fathian dari Hengki yang sibuk memamerkan cucunya itu.

Fathian hanya diam menatap Hengki, tidak rewel tidak bahagia juga. Seolah paham bahwa orang yang menggendongnya kurang baik pada orang tuanya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang