6. Ada Maling

37.1K 2.3K 56
                                    

        Lili turun dari motor Haidar setelah cukup lama kesana-kemari membeli ini itu, tak lupa dia lebarkan tissue lalu melap joknya. Dia takut darah menempel di sana. Takutnya Haidar juga jijik.

"Ngapain?" alis Haidar bertaut, wajahnya jadi terlihat galak.

"Menurut lo?!" sewot Lili.

"Lepas jaket gue, buruan!"

"Ga sabaran banget!" dumel Lili seraya melepaskan jaketnya.

Haidar diam dengan tatapan melihat rumah Lili. Terlihat sepi, sama seperti rumahnya. "Orang tua lo jarang pulang?" tanyanya memecah keheningan.

"Ga, cuma paling telat aja." Lili pun berhasil melepaskan jaket Haidar, dia pastikan tidak ada darah yang menempel.

"Ada darah sedikit, gue cuci dulu! Lo pake jaket punya gue aja, gue ambil dul—"

"Gue haus." potong Haidar dengan pandangan ke asal tempat. Tatapannya berubah tajam.

Dengan bodohnya Lili mengangguk. "Eh ga bisa! Gue ga bisa bawa cowok ke rumah," tolaknya cepat.

"Lo usir tamu? Ga sopan banget," gerutu Haidar.

Lili berdecak. "Yaudah tunggu, gue ke penjaga rumah dulu!" sebalnya dengan langkah dia hentak-hentakan.

Lili menautkan alis saat gerbang tumben tidak gesit di buka. Bahkan ruangan penjaga pun gelap. Semua orang pergi ke mana?

Lili mengintip lagi di sela-sela gerbang tinggi dari bahan kayu mahal itu. Mata Lili membola dengan tubuh mulai gemetar.

Sebelah tangan Lili yang akan menekan bel urung. Dia tergesa mundur mendekati Haidar dan naik ke motornya begitu saja, dengan paniknya.

Haidar beruntungnya sigap menahan motornya yang hampir oleng karena Lili loncat begitu saja.

"Jalan! Cepet! Gue jelasin di jalan!" Lili menyalakan ponselnya tergesa, gemetar dan sempat blank beberapa saat.

Haidar yang paham pun segera menjalankan motor.

Selama perjalanan Lili menelpon polisi dengan paniknya. Terisak ketakutan. Haidar pun menepikan motornya, mematikan mesin.

Haidar berbalik menatap Lili tanpa turun dari motornya. Haidar raih ponsel Lili dan dia pun menjelaskan letak posisi rumah Lili. Lili terlalu panik sampai tidak tahu alamat rumahnya sendiri.

Lili panik karena orang tuanya tidak bisa di hubungi. Apa mereka ada di dalam rumahnya yang tengah di rampok?

Lili bisa melihat penjaga rumahnya babak belur dan di ikat.

"Tarik nafas buang! Bukan saatnya panik, gunain otak lo sedikit biar semua ga jadi berantakan!"

Padahal maksud Haidar dia ingin Lili tenang, berhenti menangis agar kepanikannya tidak menular pada Haidar.

Lili hanya bisa meninju lengan Haidar tanpa bisa menghentikan tangisannya. "Mama sama papa ga bisa di hubungin, Haidar! Apa mereka di rumah?" lirihnya.

Haidar pun asyik memainkan ponsel serba pink itu. Dia mencari kontak orang tua Lili, mencoba menghubunginya terus. Hingga sesuatu mencuri perhatian Haidar. Banyaknya pesan masuk yang belum di buka.

Haidar pun berkelana di sana. "Nih! Lo baca bodoh!" kesalnya seraya mendekatkan layar ponsel itu ke wajah Lili.

Lili merampasnya penuh amarah dengan masih tersedu-sedu. Lili baca pesan masuk dari ayahnya itu yang katanya mobil mogok, area bengkel tidak ada sinyal. Roger bahkan harus mencari sinyal agar bisa mengirim pesan pada anaknya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang