11. Perawan Dan Perjaka.

41.3K 2.4K 30
                                    

"Li, lo tahu ga. Katanya sih, kalau cowok suka ke cewek tapi mendem pasti bakalan usil ke ceweknya," Yuka berujar dengan fokus memberi maskara di bulu mata kirinya.

"Ha?"

Yuka sontak saja berdecak. Lili banyak ha dan ha pantas saja Haidar mengatainya bodoh. Lili memang sedikit loading sih.

"Haidar usilin lo terus, dulukan dia kayak batu di belakang kelas," bisiknya.

"Jadi? Dia suka gue gitu? Ga mungkin! Kita baru tahu sifat aslinya aja sekarang, dulukan masih baru, kita semua bahkan masih kayak orang asing."

Yuka kembali berdecak, menghentikan kegiatannya yang tengah menghias wajah. "Ini beda deh, kita semua juga merasa gitu. Hati-hati, benci jadi cinta itu mungkin tahu," bisiknya.

Kali ini Lili yang berdecak. "Tuh benerin, belepotan ayelinernya," lalu beranjak.

Dengan panik Yuka bercermin. "Gue ga pake ayeliner kali! Ini maskara! Aduh belepotan, harusnya jangan ngedip, dasar produk murahan!" dumelnya heboh sendiri.

Haidar masuk, berpapasan dengan Lili. "Ponsel lo mati, bokap lo telepon gue, aktifin." ujar Haidar datar lalu melanjutkan langkah menuju kursinya.

Lili tidak merespon, dia langsung menyalakan ponsel. Panggilan papanya muncul. Lili langsung mengangkatnya.

"Hal-"

"Mama marah sama papa, mama pergi dari rumah, Lili. Kamu jangan panik, papa cari dulu mama, kalau bisa kamu hubungi mama ya,"

"Mama kenapa?"

"Papa jelasin di rumah, tolong hubungi mama ya, bantu papa,"

"I-iya," Lili mematikan panggilan, dia mulai mendial nomor-nomor sepupu yang bisa dia hubungi.

Lili trauma. Kejadian ini dulu juga pernah terjadi. Sanum kabur karena bertengkar dengan Roger. Sanum hampir meninggal karena kedinginan, saat itu di Korea sedang musim salju.

Lili takut Sanum kembali nekad. Membahayakan dirinya karena emosi atau sedihnya.

Lili mendekati Haidar. "Tolong gue, Haidar. Mama kabur dari rumah, dia berantem." paniknya.

Haidar terdiam sejenak. Hari ini akan ada ulangan harian. Bagi Lili yang tidak pernah menganggap ulangan penting mungkin tidak jadi masalah, tapi bagi Haidar walau tidak serius hanya ujian harian tetap saja sangat penting.

"Ga bisa? Oke sorry, gue harusnya-"

Haidar mencekal lengan Lili. "Gue izin dulu, lo tunggu di parkiran." potongnya lalu beranjak meninggalkan Lili.

***

Lili duduk menyamping di motor Haidar yang terparkir. Hari sudah sore, senja bahkan sudah menghiasi langit. Udara juga mulai berangin cukup kencang.

Haidar menghampiri Lili yang lesu dengan membawa sebungkus roti dan satu air mineral. Sudah ditawari Lili tetap tidak mau. Maka Haidar pun membeli untuknya sendiri.

Haidar berdiri di hadapan Lili. Lili mendongak agak silau. Matahari terbenam tepat di belakang Haidar, menyorot ke arahnya tanpa penghalang saking luasnya ladang bekas panen di belakangnya.

"Mama kemana ya? Semua keluarga ikut cari, penyakit mama ga pernah berubah. Kabur kayak gini," Lili menunduk.

Haidar menempelkan botol air mineral dingin itu ke pipi Lili, membuat Lili tersentak dan refleks menjauhkan pipinya dari botol.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang