24. Tukang Nyosor

40.3K 2.2K 22
                                    


Lili terlihat lunglai di sofa sambil nonton drama di televisi. Sudah seminggu dia tahu hamil dan beberapa hari ke belakang Lili jadi sering mual, muntah, nafsu makannya turun drastis.

Suara pintu terbuka membuat Lili menoleh sekilas. Yang masuk siapa lagi kalau bukan Haidar.

"Gimana cari kerjanya? Diterima?" tanya Lili dengan masih lemas. Bergerak saja jadi mager.

Haidar menyimpan ranselnya di meja lalu mengecup kilat kening Lili. "hm," jawabnya seraya membedah ranselnya.

Lili yang lemah, letih dan lesu sontak mendudukan tubuhnya dengan kedua mata berbinar.

"Tas yang gue mau?!" tanyanya hampir menjerit.

"Hm, kecil ternyata." jawab Haidar seraya melihat Lili yang kini membedah bungkusan mewah itu.

"Lucu! Makanya mau," Lili terlihat semangat.

"Makasih udah mau hamil anak gue, hadiah tas ini ga seberapa, dan gue akan berusaha lebih baik lagi,"

"Ih jangan bikin gue nangis!" rengeknya dengan bibir mulai bergetar.

Haidar berdecak. Perasaan dia berujar datar, tidak lembut apalagi romantis. Kenapa juga Lili harus menangis.

"Gue jual lagi tasnya kalau berani nangis!" santai Haidar lalu beranjak. "Gue mandi dulu, mau ikut?" tawarnya.

Lili mendongak. "Mandi maksudnya?" tanyanya balik.

"Hm,"

"Engga, males." Lili melanjutkan gerakannya membuka bungkusan itu dengan hati-hati. "Wahh, lucuuuuu!" jeritnya senang.

Haidar yang diabaikan pun memilih melanjutkan langkah dan bergegas mandi lalu bersiap untuk nanti makan malam.

"Siap-siap kita makan di luar," teriak Haidar dari dalam.

***

Lili memakai rok pink dan hoodie senada, tak lupa tas mini pemberian Haidar. Katanya hemat tapi memberi hadiah mahal. Dasar tidak konsisten! Tapi Lili senang.

"Gue kerja mulai lusa, di bagian pemasaran," jelas Haidar lalu menarik sabuk pengaman untuk Lili yang sepertinya lupa.

"Oh ya? Kok bisa muka ga ramah di simpen bagian itu, bisa kabur-"

"Gue jago akting," potong Haidar yang kini bersandar di jok menghadap Lili.

Keduanya masih di dalam mobil yang ada di parkiran apartemen.

"Ck! Mendadak ramah sama orang, kalau sama istri sendiri ngomel, marah, ngajak debat!" gerutu Lili.

"Mau banget gue sayang-sayang, manja?"

Lili memalingkan wajah lalu berdecih. "Gue ga banyak berharap, nanti kecewa." jawabnya agak sewot.

Haidar meraih dagu Lili, tersenyum lembut padanya membuat Lili mengerjap gugup. Ngeri juga.

"Gue lagi berusaha, pelan-pelan ya?"

Lili menelan ludah, dia hanya bisa mengangguk gugup. Sungguh merinding tubuhnya, sesuatu seperti berdesir hangat.

Lili memejamkan mata, menerima tabrakan bibir Haidar dengan mengimbanginya. Balas menyecap, melumat dan membelitkan lidahnya hingga tanpa sadar mendesah lirih.

"Udah, lipstik gue ntar abis," lirih Lili dengan nafas terengah.

***

"Hati-hati," ujar Haidar seraya membantu Lili turun dari mobil.

Lili tidak menolak, justru merasa terbantu. Semenjak tahu Hamil Lili jadi merasa kaku, dia takut terjadi sesuatu pada perutnya mengingat betapa cerobohnya dia.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang