30. Haidar Gemas Dan Curiga

32.1K 1.9K 28
                                    

     Haidar menatap Lili lewat cermin di hadapannya. Dia tersenyum samar di sela-sela menyikat gigi.

Haidar terlihat seperti sedang kasmaran. Begitu pun Lili. Kadang memang keduanya masih gengsi, tapi sekalinya tidak gengsi keduanya menjadi bucin.

Haidar melirik pakaian yang di pakai Lili. Ada apa sebenarnya di bajunya? Kenapa Lili jadi suka memakai dan mengacak lemarinya dari pada memakai pakaiannya sendiri.

Lili menguap, dia berdiri dan melangkah setelah selesai memenuhi panggilan kecil, panggilan alam. Dia pun berdiri tepat di samping Haidar.

Haidar menyeka bibirnya dengan handuk. "Pagi," Haidar pun mengecup pelipis Lili sekilas.

"Hm," respon Lili terlihat malas-malasan dan masih ngantuk.

Haidar menatap gerak jemari Lili yang meraih sabun cuci wajahnya bukan pasta gigi. Memang masih ngantuk sepertinya.

"Ngapain?" Haidar menghentikan gerak jari Lili yang hendak membuka tutupnya itu.

"Hm? Sikat gigi," jawabnya polos lalu mengedip ngantuk.

"Liat, pasta gigi bukan? Ceroboh!" Haidar merampasnya pelan lalu menggantinya dengan pasta gigi. "Yang ini, sayang," gemasnya dengan senyuman.

Haidar lupa, untungnya Lili tidak baper saat di sebut ceroboh. Selamat-selamat.

"Makasih," Lili benar-benar lesu.

"Ga enak badan?" Haidar mengusap punggung Lili dengan kepala miring mengintip wajah Lili dari samping.

Lili menggeleng. "Ngangtuk," jawabnya dengan mulut dipenuhi busa putih.

"Tidur lagi aja, kenapa malah siap-siap?"

Lili mengeluarkan sikat gigi lalu meludahkan sebagian busa. "Kan lo pertama kali kerja hari ini, sebagai istri gue harus bantu minimal pasangin dasi," jawabnya.

Haidar tersenyum tipis. Dia kecup kening Lili. "Kalau gitu jangan ngelamun, beres sikat gigi sama cuci muka langsung ke ruang tengah," pintanya.

Lili mengangguk.

***

"Buat jaga-jaga, kalau siang pake bra. Khususnya kalau pake kemeja gue," Haidar merapihkan barang bawaannya ke dalam tas dengan di amati Lili agar kelak dia yang siapkan.

Lili menatap dadanya sendiri. Agak menjiplak memang, terlihat menonjol. Lili pun mengangguk. "Oke." singkatnya.

"Jangan bikin suami lo pengen ngemut setiap saat,"

Lili melotot dengan refleks menampar mulut Haidar agak kencang, namun tidak sakit. Hanya suaranya nyaring.

Haidar melotot kaget.

"Maaf-maaf!" Lili mengusap bibir Haidar sekilas. "Lo sih, mancing-mancing! Udah tahu tangan gue instingnya bagus," dumelnya tak ingin di salahkan.

Haidar dengan cepat memeluk Lili dan menyerang bibirnya dengan kecupan ringan namun tidak berjeda.

Lili sampai kewalahan dan berakhir meminta ampun. Haidar pun berhenti dengan begitu puas.

"AKH!" refleks Lili menjerit saat sebelah puncaknya digigit oleh bibir Haidar. Tidak sakit seperti di gigit oleh gigi memang. Tapi tetap saja. "Lo ya!" kesalnya.

Haidar pun melirik jam di dinding. "Saatnya pakein dasi, jangan bikin gue telat di hari pertama, Liliana." lalu dia endus gemas pipi Lili sekilas.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang