38. Kebersamaan Dan Terror

25.9K 1.7K 19
                                    

Lili mencolek lengan Yuka. "Nabila kembali cupu ya?" bisiknya. "Jangan dulu diliat jangan dulu diliat!" bisiknya lagi.

Yuka menurut, setelah beberapa lama barulah Yuka menoleh mengamati sesaat.

Lili mencatat dengan alis bertaut. Apa itu salah satu strateginya lagi? Akan kembali pura-pura baik, pendiam terus deketin dia dan Yuka lagi?

"Bener, Li." bisik Yuka.

"Kan! Gue jadi curiga lagi,"

Yuka menepuk bahu Lili. "Tenang aja, dan liat tuh. Dia jadi temenan lagi sama Shila, mungkin karena lo tanya soal malam itu kali ya," jelasnya.

Lili menghela nafas. "Pusing gue, harusnya bodo amat karena gue sama Haidar udah bahagia tapi rasa penasarannya ituloh, gemes!" sebalnya.

"Gue paham kali, ga hanya lo. Gue yang merasa bersalah terus juga mau tahu siapa sih, Biar gue bisa hati-hati.."

"Beneran bukan lokan?" todong Lili.

"Astaga! Gue berani bersumpah, Li. Ngapain gue kasih Haidar ke lo? Kalau mau malam itu gue yang di obat terus tidur sama Haidar, mayan cakep."

"Dia punya gue!" sewot Lili.

Yuka mengulum senyum geli. "Dih! Yang udah akur, udah bisa klaim ya," ledeknya.

"Ya dong, sebentar.." Lili meraih ponselnya, Haidar sepertinya ingin VC lagi.

"Hai,"

Yuka mengusap lengannya merinding. Dia agak geli melihat orang bucin. Masa setiap hari, setiap jam harus terus VC dan ini terjadi di pasangan yang sempat tidak mungkin bahkan sulit di bayangkan bersama.

"Udah sarapan?" tanya Lili dengan masih mencatat.

"Udah, pulang dari kampus jam berapa?"

Lili menoleh pada Yuka. "Jam berapa pulang sekarang? Tunggu, dosen yang itu ga masuk berarti jam 12 udah pulang ya?" tanyanya.

"Kayaknya, lo yakin cuma dosen itu doang?"

"Hm, gue udah konfirmasi."

"Hm, berarti jam segitu."

"Jam 12, kenapa?" tanya Lili pada Haidar.

"Ke kantor ya, hari ini full di ruangan, ga ada meeting."

"Oke."

"Nanti sopir yang jemput."

***

"Ga macet? Cepet banget sampenya," Haidar menyambut Lili dengan pelukan dan kecupan sekilas. Tak lupa perutnya dia usap.

"Hm, nih makan dulu." Lili menyimpannya di meja. "Maaf hari ini ga bikin sarapan, malah kesiangan."

Haidar mengusap rambut Lili. "Ga masalah," dia genggam jemarinya.

Keduanya duduk di sofa ruangan kerja Haidar.

"Jalan dari lift ke sini lumayan juga ya," ujar Lili yang kini bersandar di sofa seraya mengusap perutnya.

Haidar ikut mengusapnya lalu mengecup pipi Lili. "Cium sebentar ya," bisiknya lalu mengecup bibir Lili sekali dan kedua kali dia bergerak melumatnya, menyesapnya dan membelit lidahnya. Dia hisap setiap tetesan madu itu.

"Makan permen ya?" bisik Haidar lalu melumatnya lagi.

Lili memang makan permen sebelumnya. Mual karena mencicipi sesuatu yang entah apa saat membeli makanan untuk Haidar.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang