10. Tytyd Kecil

41.2K 2.3K 60
                                    

Seharian ini Haidar tidak menunjukan batang hidungnya. Lili jelas saja suka. Dia tidak perlu gugup atau gelisah soal masalah kecupan. Lili masih marah jelas saja. Dia semakin sebal pada Hiadar.

"Mama? Papa? Udah pulang?" Lili menyambut dengan senyum cerah. Bibir pucatnya terlihat lebih hidup setelah hampir dua hari di rawat.

"Hm, mama langsung pilih pulang keinget kamu terus," Sanum memeluk Lili, mengusap kepala lalu mengurai pelukannya.

"Gimana keadaannya sekarang?" Roger mengusap kepala Lili sekilas.

"Lebih baik, udah bisa berdiri tegak, pa, ma. Kata dokter besok juga boleh pulang," jawab Lili.

Ketiganya berbincang ringan. Sesekali memakan buah-buahan yang dibawa Sanum.

"Haidar temen kamukan?" tanya Roger setelah cukup banyak topik yang mereka bahas.

Lili menelan ludah. "Iya, temen. Ga mungkin pa kita pacaran, setiap hari debat terus di kelas, dia itu aduh! Rese banget!" kesalnya.

"Hati-hati, dari musuh ke cinta itu udah banyak kasusnya, sayang." kata Sanum.

"Eyyy iuhh no, mama! Jangan bikin Lili mual lagi!" sebal Lili.

Sanum dan Roger tertawa mendengar respon Lili. Hingga ketukan pintu membuat ketiganya mengalihkan fokus.

"Permisi, om, tante." kata Haidar yang kini masuk. "Maaf mengganggu, cuma mau antar teman-teman." lanjutnya.

"Silahkan masuk," kata Sanum ramah pada semuanya.

"Siang, tante, om. Kami perwakilan kelas mau jenguk Lili," terang Yuka sama ramah.

"Terima kasih udah mau jenguk, Lili. Semuanya duduk-duduk," sambut Sanum.

Yuka, Shila, Bram, Nabila, Tantan, Aji pun duduk di sofa yang ada di dalam ruang inap Lili.

Sedangkan Haidar mendekati Lili untuk menyimpan bubur pesanannya kemarin yang baru bisa Haidar kabulkan hari ini.

Maklum Haidar sibuk menggantikan tugas Lili dalam kelompok. Hari ini Lili harusnya ikut presentasi.

"Nih, bubur yang kemarin lo mau," kata Haidar, mengabaikan Sanum maupun Roger yang kini berbincang ramah dengan teman-temannya.

"Udah ga mau, bawa lagi aja." Lili berujar tak ramah dengan tidak menatap Haidar.

Haidar tidak ambil pusing. Mau semarah apapun Lili dia bukan tipe laki-laki yang pandai membujuk.

"Lo buang aja." balas Haidar lalu duduk di samping Yuka. Hanya menjadi pendengar seperti biasa.

***

Lili memasuki kampus dengan terlihat lebih sehat. Bahkan terlihat agak berisi, mungkin pengaruh infusan.

"Li, dah sehat?" tanya Andita, temannya kelas sebelah yang berpapasan di koridor.

"Hm, seperti yang lo lihat, Dit." Lili memeluk Andita sekilas.

Keduanya berbincang sebentar. Bertanya sakit apa, kenapa bisa dan sebagainya. Hingga Lili pun pamit untuk melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Selama di koridor Lili balik menyapa yang menyapanya. Entah dengan ucapan atau senyuman.

"Hai,"

Langkah Lili terhenti saat seseorang menghadangnya. Tampak asing.

"Gue mahasiswa pertukaran, boleh kenalan? Gue Lijun, lo?" tanyanya ramah, lesung pipinya begitu manis.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang