55. Hate And Love

62.4K 2.1K 56
                                    

          Haidar menggendong Fathian memasuki gerbang rumahnya— rumah Hengki. Semua orang memakai pakaian serba hitam. Haidar mencoba tegar.

"Sini Fathian sama aku," Lili berujar dengan bergetar menahan tangis. Sekitarnya berduka, walau tidak dekat tetap saja Lili sedih. Mungkin juga karena hormon.

"Fathian berat, bisa teken perut kamu. Aku aja, sayang." Haidar tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak sampai pada kedua matanya.

"Aku tuntun," Lili tetap keukeuh ingin membawa Fathian, dia tahu Haidar butuh waktu dan mendekat pada jenazah yang kini berada di peti mati.

Fathian terlihat tenang. Tidak rewel bahkan hanya ikut. Sungguh anak baik.

"Aku titip ke mba di mobil, kita masuk." putus Lili.

Haidar mengangguk setuju. Itu lebih baik. Haidar masih diam di ambang pintu. Menatap lurus peti itu dari jauh.

"Haidar," panggil tantenya lalu memeluk Haidar menguatkan.

Haidar balas memeluk. Dia tersenyum getir. Bahkan hingga akhir hayatnya ibunya tetap menjadi sosok asing.

Haidar pikir dengan adanya Fathian hubungannya dengan sang mama akan membaik, bahkan dekat layaknya ibu dan anak. Namun semua harapan itu pupus.

Mama yang sempat dia cintai saat kecil dan dia benci saat dewasa kematiannya begitu tragis. Dia di bunuh selingkuhannya.

Motif pelaku masih belum di ketahui.

Berita meninggalnya bahkan viral. Namun di pemakamannya ini Haidar pastikan tidak akan ada wartawan.

"Yang kuat," bisik om Haidar.

Semuanya menyambut Haidar yang masih di depan pintu, menunggu Lili untuk menemaninya.

Suara jeritan Hafin dan tangisannya menyapa. Di situlah Haidar merasakan luka dan kehilangan.

Seburuk apapun di masa lalu ternyata ibu akan selalu memiliki tempat di hatinya.

"Fin!" Haidar menahan Hafin yang meronta tidak terima atas kematian ibunya.

Hafin yang bahkan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang sedikit pun saja sekehilangan itu.

"Lo tenangin diri lo!" bisik Haidar yang terus menahan Hafin yang meronta histeris.

"Mana yang bunuh! Gue bales!" amuknya.

"Fin!" Haidar dengan sabar menenangkannya sampai tenang, di bantu tante dan omnya yang lain.

Hengki hanya duduk di kursi roda. Tak bisa di tutupi. Luka di kedua matanya. Penyesalan yang sangat-sangat besar namun tak bisa berbuat apa-apa.

***

Haidar menunduk di ujung kasur. Semua prosedur sudah di lakukan. Haidar benar-benar  tidak memiliki ibu dalam artian sebenarnya. Biasanya dia memang tidak memiliki ibu selama tumbuh. Tapi dia tidak menyangka hari ini benar-benar tidak punya.

"Makan dulu," Lili menutup pintu, membawa sepiring nasi dan lauk pauk untuk Haidar.

Haidar mendongak. "Fathian mana? Ga denger suaranya beberapa jam ini." balasnya.

Lili duduk di samping. "Fathian aman, sayang. Sama mba." jawabnya seraya mencampur nasi dan lauk pauk kemudian mendekatkan sendok ke mulut Haidar.

"Aku bisa sen—"

"Aku tahu, tapi aku mau suapin. Aku ngidam jadi kamu nurut aja!" potong Lili.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang