26. Manjanya Lili

33.3K 2K 18
                                    

     Haidar berjalan menuju lemari, meraih satu kaos nyaman milik Lili. Langkahnya pun kembali mendekati Lili yang kini hanya memakai bra saja di bawah selimut itu.

Bukan, bukan habis berlove. Lili muntah-muntah dan terkena muntahan.

"Makasih," lirih Lili lemas seraya menerima kaos yang di ulurkan Haidar.

Haidar duduk menyamping, membiarkan Lili memasukan kaosnya dengan lemas. Merasa gatal karena lelet, Haidar pun membantunya.

Haidar raih satu persatu lengan Lili dan memasukannya ke setiap lubang. Lili terkekeh lemas, dia merasa balita yang tengah di pakaikan pakaian.

"Kenapa?" tanya Haidar datar seraya menurunkan kaos itu agar menutupi perut Lili.

"Gue kayak anak kecil," jawabnya dengan pasrah saat tubuhnya didorong, direbahkan dan diselimuti.

Haidar tidak merespon, dia hanya merapihkan selimut, mengusap sekilas pipi Lili lalu beranjak ke kamar mandi. Haidar ingin buang air kecil.

Lili tersenyum samar menatap kepergian Haidar. Entah kenapa dia jadi bagai lintah yang inginnya menempel, ingin selalu melihat Haidar.

Lili mengusap perutnya. "Sayang banget sama papa ya? Maunya tuh nempel-nempel, manja!" gumamnya pelan.

Apa jangan-jangan anaknya itu perempuan? Dari gelagat ngidamnya agak ngeri soalnya, Lilikan tidak manja khususnya pada Haidar.

"Sini," kata Lili saat Haidar baru keluar.

Haidar menatap kedua tangan yang mengkode minta pelukan itu. Tumben dan Haidar sih tidak merasa aneh, lebih ke bodo amat. Mereka bahkan lebih dari itu.

Haidar memeluk, bergerak masuk ke dalam selimut lalu mengusap sepanjang punggung Lili.

Lili langsung terpejam nikmat. Usapan Haidar sekarang bagai obat. Kedua mata Lili kembali terbuka saat merasa kegelian.

Haidar mengecup telinganya.

"Ck!" Lili mendorong wajah Haidar. "Geli!" sebalnya lemas.

"Geli apa terang—"

Lili membekap mulut Haidar. "Jangan mulai!" Lili agak merengek.

Ululu manjanya, Haidar pun kembali memeluk Lili, mengusap punggungnya tanpa bertingkah jahil lagi.

"Sayangnya lo libur cuma hari minggu sama tanggal merah, maunya setiap hari merah," keluh Lili tanpa mengubah posisi.

"Lo pakein spidol merah," balas Haidar santai dengan mata terpejam. Dia pun kembali ngantuk, padahal sudah hampir jam 8 pagi, masa tidur lagi.

"Ck!"

"Lo jadi manja seminggu ini," ujar Haidar mengalihkan topik.

"Iyakan? Gue juga aneh, pengennya tuh nempel-nempel kayak gini. Rasanya tuh adem, tenang dan ga mual," balasnya.

Haidar hanya tersenyum tipis tanpa mengubah posisi atau membahas lagi. Biarkan kenyamanan mengambil alih.

***

Haidar menoleh pada Lili yang berjalan dengan muka bantal. Keduanya memang tidur lagi tapi Haidar tidak lama makanya langsung mencari kegiatan lain seperti ngemil, nonton dan bermain ponsel.

"Sini," Haidar menepuk bantal yang sedang dia pangku.

Lili menekuk wajahnya, terlihat sekali baru bangun tidur. Lili rebahan di bantal sofa yang ada di pangkuan Haidar.

Haidar memilih menyingkirkan bantal itu, menggantinya dengan lengan, setengah memeluk kepala Lili.

Tubuh Haidar agak condong agar bisa menatap wajah bete itu.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang