34. Ungkapan, Kiss Dan Aku-Kamu

29.1K 1.8K 28
                                    

      Lili duduk termenung di kamarnya. Sudah banyak kegiatan dia lakukan di dalam rumah, bahkan merapihkan isi kulkas pun sudah. Membenarkan posisi hiasan-hiasan sudah.

"Gabut astaga!" Lili merebahkan tubuhnya di atas kasur. Begitu kebosanan. Jika pun ke kantor Haidar akan tetap sama bosannya.

"Punya temen so sibuk, kayak yang bener kerja aja," celotehnya seraya mengetikan celotehan lalu dia kirim ke grup.

Lagi-lagi sepi.

Lili menghela nafas berat dan tak lama ponselnya bersuara. Notifikasi yang dia harapkan bukan spam.

Bram
Gue santai, ada apa Li?

Lili menggaruk kepalanya. "Waduh! Kalau Haidar baca bisa perang dingin," gumamnya.

Lili mendudukan tubuhnya hati-hati karena perutnya tidak sedatar dulu. Lili sebenarnya hanya ngilu, takut kenapa-kenapa.

"Balesnya gimana ya? Gue ga gila kali ngajak Bram main,"

Hingga dering panggilan masuk muncul membuat Lili terkejut sangat. Nama Haidar tertera.

"Hallo?"

"Ada apa? Kenapa koar-koar di grup. Gue mau keluar kantor, mau ikut?"

"Ga usah, lo lagi kerja."

"Mumpung gue di luar, lo siap-siap. Ga usah minta perhatian, Bram."

Lili melongo, menatap ponselnya yang kini panggilan teleponnya sudah terputus.

"Siapa juga yang minta perhatian, Bram!" dumel Lili lalu melempar ponselnya ke kasur.

Lili pun bergegas siap-siap. "Tunggu! Haidar keluar jelas bukan main, pasti ketemu klien? Mungkin, jadi gue harus pake yang bener," gumamnya.

***

Lili tersenyum menyambut Haidar yang sudah berdiri di samping mobil. Membukakan pintu mobil untuknya.

Lili memeluk Haidar sekilas dan Haidar mengecup puncak kepala Lili lalu membantunya duduk dan Haidar pun ikut duduk.

"Kita langsung ke tempatnya, pak." perintah Haidar.

Mobil pun melaju ke tempat tujuan. Hari ini cukup macet.

"Kebosenan?" Haidar merangkul Lili, mengusap rambutnya.

Lili menatap Haidar lalu mengangguk.

"Lo dandan?" tanya Haidar mengalihkan topik. Dia usap samping wajah Lili, mengamatinya yang berbeda hari ini. Terlihat lebih dewasa.

"Hm, kayak badut ya?" tanya Lili terlihat kurang percaya diri. Merogoh tas mahal itu untuk mengeluarkan cermin namun Haidar tahan.

"Lo cantik, cocok. Lebih ga keliatan bocahnya, gue suka, rasanya gue mau mandang lo terus." pujinya.

Lili memalingkan wajahnya sesaat, dia salah tingkah. Bisa-bisanya wajah terasa panas, jantung tak biasa hanya karena ucapan buaya Haidar.

"Kok diem?" Haidar memiringkan kepala, menatap wajah salah tingkah Lili agar lebih jelas.

"Gue harus salto?" sewot Lili saking salah tingkahnya.

Haidar mengecup dua kali pipi Lili lalu memeluknya sekilas. "Kita ketemu klien, untungnya lo pinter ga pake kaos dan celana pendek." balasnya.

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang