29. Cara Menenangkan Haidar

33.9K 2.1K 25
                                    

"Iya, ma, pa.. Maaf karena kita ga jadi ke rumah," Haidar menjelaskan semuanya lewat panggilan suara.

Haidar membatalkan keluar rumah karena masalah lain di rumahnya. Haidar harus ke sana.

"Sebentar," Haidar mendekati Lili yang menekuk wajahnya karena tidak jadi keluar padahal dia sudah heboh dandan.

"Mau ke rumah mama, papa? Ga papa sendiri?" bisik Haidar seraya menjauhkan ponselnya.

Lili menghela nafas. "Kapan-kapan aja," balas Lili agak sewot, dia terlanjur bete. Takutnya terus bete saat di rumah pun.

Masa sudah lama tidak bertemu malah bete. Lili sedang tidak bisa di ajak kerja sama, Hormonnya terlalu hebat.

"Oke." Haidar mengusap pipi Lili sekilas dan kembali agak menjauh, menjelaskan semuanya pada sang mertua yang untungnya maklum.

"Gue keluar," Haidar mendekat hendak mengecup kening Lili namun Lili memalingkan wajahnya sebagai bentuk penolakan.

"Kemana?" tanya Lili terdengar posesif.

"Ke rumah, guekan udah bilang," jawab Haidar datar.

"Ngapain?"

"Pulang aja," singkat Haidar.

Lili berdiri dengan marah. "Lo ga terbuka sama gue! Yaudah, pergi sana!" bentaknya saking marah karena selalu saja Haidar tidak terbuka.

Bahkan soal Nabila yang sering bertemu dengan Haidar di tempat kerjanya. Jelas Lili tahu karena Yuka bersedia menjadi mata-mata beberapa hari ke belakang.

Lili menunggu Haidar yang membahasnya lebih dulu tapi sudah menunggu lama Haidar tak kunjung menceritakannya.

Haidar memilih meraih wajah Lili agak memaksa karena Lili menolak. Kecupan pun berhasil dia daratkan di bibir.

"Gue pergi dulu, bahas nanti."

Lili menatap kepergian Haidar dengan sendu. Hingga Haidar benar-benar hilang.

"Apa bener selingkuh? Kenapa banyak suami selingkuh waktu istrinya hamil sih! Padahalkan jatah ga berhenti, servis lain pun jadi jalan kalau tubuh lagi ga fit!" gumamnya dengan terisak pelan.

***

Lili menoleh pada Haidar yang duduk di samping sofa single yang dekat dengan Lili yang rebahan di sofa panjang itu.

Wajah Haidar terlihat lelah. Entah sejak kapan dia ada di sana. Hanya terdiam seperti kelelahan dan menatapnya.

"Kapan pulang?" Lili yang awalnya berencana marah entah kenapa lupa. Mungkin karena melihat wajah Haidar yang seperti itu.

"Lumayan lama," jawab Haidar singkat dan datar.

Lili memanjangkan sebelah tangannya hingga menyentuh rahang Haidar dalam posisi rebahan dan Haidar duduk agak condong ke arahnya itu.

Lili mengusap rahang agak kasar karena ada bulu-bulu pendek itu.

"Ada masalah apa? Lo sampe batalin ke rumah mama, papa dan malah ke rumah lo,"

Haidar meraih jemari itu dan menggenggamnya, mengusapnya dengan menatapnya dalam diam.

Hening beberapa saat.

"Papah masuk rumah sakit,"

"APA?! Kenapa? Terus-terus? Kenapa ga ajak sih! Makin buruk gue di mata mereka," omel Lili yang tidak Haidar tanggapi.

"Papah ada masalah di ginjal sama jantungnya," Haidar memainkan sebelah jemari Lili di pangkuan.

"Terus gimana sekarang?"

Hate And Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang